Oleh Dr. Ibrahim Peyon
Sebelum masuk wilayah suku Yali, beberapa kali dilakukan survei oleh Misionaris melalui udara untuk menentukan daerah yang akan menjadi misi pelayanan mereka. Para Misionaris memetakan dan menentukan dalam peta, daerah dimana mereka akan masuk buka isolasi dan penyebaran injil. Di daerah Yalimu, survei udara dilakukan oleh misionaris GKI, pendeta Dr. Siegried Zรถllner, misionaris Gidi bersama pilot Bob. Di atas udara misionaris GKI-TP dan Gidi tentukan wilayah yang mereka akan masuk dan melayani, Misionaris Gidi pilih, wilayah Yalimu selatan di lembah Y, lembah Heluk, Seng, Solo dan sekitarnya, yang dilihat dari udara berbentuk huruf y maka disebut lembah y. Misionaris Zรถllner pilih sebelah utara dari lembah Ubahak hingga lembah Landi. Belakangan, seorang misionaris dari gereja protestan Belanda tiba, ia diajak ke Angguruk untuk bantu misionaris GKI-TP dan ditugaskan di Kosarek dan Nipsan. Tetapi, misionaris reformasi ini tidak mau bergabung dengan GKI-TP dan ia menjalankan misi dari gerejanya sendiri. Akhirnya, berselisih pendapat antara misionaris GKI-TP. Pdt Klaus Reuter lalu mengusir misionaris Belanda ini dari Kosarek dan Nipsan, akhirnya misionaris Zรถllner panggil kedua misionaris itu ke Angguruk dan mediasi perselisihan ini. Kemudian, Zรถllner menyerahkan kepada misionaris Belanda itu untuk masuk dan buka di lembah Landi khususnya Pasvalley dan Landikma, dan daerah itu kini menjadi basis gereja Reformasi yang disebut GJPI.
Perjalanan dan tempat-tempat persinggahan.
Zรถllner dan Bentz setelah menentukan lokasi melalui survei udara tersebut, Halmutz Bentz, Jareni, Rumbrar, dan para pemuda dari Bokondini ke Yalimu tujuan ke lembah Apahapsili. Halmut Bentz menjelaskan dalam bukunya, "Lebenszeichen aus Steinzeit" (1989), halaman 35-39 menjelaskan rute perjalanan dan tempat-tempat persinggahan mereka. Mereka mulai keluar dari Wamena tanggal 4 September 1965. Bentz menulis:
"8. September: Trotz der vielen hohen Bรคumen Klapt es wieder mit dem `Drop`. Es wird krรคftig gegesen. Urwald, Urwald und nochmal Urwald! Die Nacht ist sehr kalt. laut Angabe des Piloten haben wir auf einer hรถhe von 3000 Meter kampiert.Heute sind die Wegverhรคltnisse unmรถglich: mal รผber Baumstรคmme hinweg, mal unter Baumstรคmmen hindurch, wir merken, dass diese "Weg" schon begangen wurde, und kommen auch an verlassenen Feuerstellen vorbai.
Nach mehreren studen errichen wir einen Dani-Garten. Etwas spรคta sehen wir ein Haus und davon einen Mann, der sich um Brennholz kรผmmert. Langsam schleiche ich mich an sein geht auf - und fast nicht mehr zu. Wir umarmen uns - damit ist eine Brรผcke geschlagen. Bereitwillig geht er mit und zeigt uns den Weg weiter. Starker Regen. Langsam Wir es dunkel, und der mann will uns nicht lรคnger begleiten. Wir verzweifeln fast, denn es ist noch sehr weit. Wieder ein Haus bauen? Ich drรคnge zum Weitergehen. Endlich! Ein Dorf ist in Sicht! Einige Leute laufen vor Angst weg, als sie uns sehen. Sind es Yali oder Dani? Zu welchen Stamm gehรถren sie wohl!
Wir machen wieder ein Feuer, um uns zu wรคrmen und unsere Kleider zu trocknen. Eine Funkverbindung nach Wamena war an dem Tag nicht mehr mรถglich". (Bentz 1989: 37).
Peristiwa 8 September ini sama dengan perjalanan Misionaris Siegfried Zรถllner yang melewati melalui Kurima, Juwarima hingga tiba di Piliam 23 Maret 1961. Misionaris Zรถllner dan dokter Vriend diterima di Juwarima dan masak seekor babi kecil sebagai simbol bersahabatan. Tetapi, Zรถllner dan Vriend tidak tinggal di Juwarima, dan tanggal itu tidak dianggap sebagai injil masuk di Juwarima. Karena Kurima dan Juwarima sebagai tempat persinggahan saja.
Majalah-west-papuaApril 12, 2021
Peristiwa Kematian Sekjen PBB di Kongo ada hubungan dengan masalah Kemerdekaan vs Emas Papua. Allen Dulles vs Hammarskjรฒld, Dulles Vs Presiden Kennedy hinga Dulles vs Sukarno.
Pada pertemuan Econimic Club di New York tanggal 8 Maret 1961, *Hammarskjรฒld* menguraikan bagaimana negara-negara yang baru Merdeka termasuk dalam golongan khusus yang akan memperoleh manfaat dari Dana Khusus PBB yang dirancangnya. Sekjen PBB menjelaskan bahwa ia memberikan perhatian khusus kepada rakyat-rakyat pribumi berhubungan dengan kendala-kendala yang mereka hadapi dalam mewujudkan kedaulatan bernegara.
Ia telah merancang suatu proyek yang dinamakan OPEX yang melibatkan penempatan pejabat PBB pada departemen-departemen di negara-negara yang baru Merdeka dalam jangka waktu 6 tahun.
Sekjen PBB sudah mulai pelaksanaan program tersebut di Afrika dan pada tahun 1961, ia berencana memasukkan *Papua* sebagai salah satu dari negara-negara yang dimaksud. Dalam program tadi, Bangsa Papua akan diberikan kemerdekaan dengan menyisihkan kedua koloni (Belanda dan Indonesia).
Sekjen PBB, *Dag Hammarskjold* membahas hal ini tidak hanya dengan staf di PBB termasuk staf khususnya *Ivan Smith* tetapi juga bicara dengan Presiden J.F. Kenedy pada tahun 1961. Pada bulan September 1961, Sekjen PBB memiliki rencana akan memberikan Pengumuman di sidang umum PBB tentang RENCANA KEMERDEKAAN PAPUA.
Sebelum rencana ini diumumkan, Sekjen PBB berangkat ke Kongo untuk menjadi perantara konflik yang memecah belah Provinsi Katanga. Namun ia tidak pernah kembali karena dibunuh dengan cara diledakannya pesawat yang digunakannya.
Sebelumnya cara pendekatan Sekjen PBB dikecam oleh Indonesia, 'Belanda' dan pihak 'lain'. Tetapi Sekjen PBB tidak pernah gentar untuk menerapkan program OPEX bagi bangsa Papua dan ini diulas oleh *Allen Dulles* sebagai ancaman serius terhadap pelaksanaan siasat Dulles untuk Indonesianya.
Dalam bukunya Paul *Greg Paulgrain* "Bayang-Bayang Intervensi: Perang siasat John F. Kennedy dan Allen Dulles atas Sukarno, terjemahan Indonesia, mengungkapkan _Kematian Hammarskjรฒld, penembakan Presiden Kenedy dan runtuhnya Soekarno diduga dilakukan oleh aktor yang sama, Allen Dulles._
Kepentingan Dulles dalam seluruh proses ini adalah untuk kepentingan Ekonomi: *Emas Freeport di Gunung Nemangkawi West Papua.* Allen Dulles memakai CIA dan politik Luar Negeri AS saat itu untuk kepentingan Indonesianya, demi dan untuk Emas Papua. Allen Dulles dan CIA dalam konteks ini adalah operator dan eksekutor dari kepentingan kelompok Kapitalis kelas kakap 'Dunia' *Rockefeller*.
Setelah Sekjen PBB dibunuh di Kongo, Allen Dulles melalui Presiden Kenndy dan dikerjakan oleh Dubes Elsworth Bunker mengajukan proposal baru dalam penyelesaian konflik Papua, yang disebut proposal *Bunker* .
Proposal Bunker dibahas dan disetujui oleh Indonesia, Belanda, AS dan PBB menjadi Perjanjian New York Agreement dan ditandantani pada 15 Agustus 1962.
Sejak proses pembahasan sampai dengan penandatanganan perjanjian itu, tidak dilibatkan satupun orang Papua. Rencana Pengumuman Kemerdekaan Papua pada Sidang umum PBB oleh Sekjen PBB pada September 1961 dan Kemerdekaan 1 Desember 1961 diakhiri sebagai konsekwensi dari pelaksanaan perjanjian New York.
Kemudian PBB secara formalitas mengambil alih kekuasaan atas West Papua tanggal 1 Oktober 1962 dan menyerahkannya kepada penjajah baru, Indonesia pada 1 Mei 1963.
Buku Greg Poulgrain telah membuka tabir misteri atas kematian 3 tokoh dunia, Sekjen PBB Hammarskjรฒld, Presiden J.F. Kennedy dan tumbangkangnya Presiden Soekarno.
Setelah kematian 3 tokoh dunia, Papua masih mengalami Duka Nestapa, Kolonialisme, Kapitalisme dan militerisme Indonesia masih menancapkan kuku penghisapannya di Negeri orang Melanesia, West Papua.
Rencana pemaksaan pelaksanaan Otonomi Khusus Jilid 2, Pemekaran Provinsi adalah proyek Presiden Joko Widodo dan para kabinetnnya dalam menyukseskan proyek politik Rasisme yang sistemik memusnahkan orang Melanesia di West Papua.
Hanya orang waras saja yang akan berkata jujur, memaafkan dan mengakui kebenaran Sejarah Bangsa Papua. Semoga saja....waaaaa