Articles by "Penebangan Kayu"
Showing posts with label Penebangan Kayu. Show all posts
Bukan Raja Ampat saja

(Disclaimer: Ko baca baik2 yah jang baru baca sepenggal ko bilang su tau isinya)

Ini balok kayu Merbau, atau yang masyarakat kenal dengan sebutan kayu besi.
Tiap saat ada berkubik-kubik yang dibawa keluar dari sini.
 "bos pengusaha punya", begitu masyarakat menyebutnya.

Para pengusaha kayu ini selama bertahun-tahun mengekstrak kayu dari hutan-hutan masyarakat "tuan tanah".

Seperti kata orang: "tamu tidak akan masuk ke rumah tanpa ijin tuan rumah". Ada kesepakatan bersama antara si bos pengusaha dan tuan tanah.

Prosesnya begini. Setelah kesepakatan "bos dan tuan tanah", tuan tanah akan menunjukan lokasi hutan yang boleh dikelola si bos. Kemudian si bos akan mengirim operator dan pendorong untuk mengerjakan kayu di lokasi tersebut.

Operator dan pendorong memiliki tugas masing-masing, dibayar juga masing-masing. Tugas operator adalah mengolah kayu sedangkan tugas pendorong adalah mengangkut kayu dari lokasi pengerjaan ke lokasi penampungan.

Setelah itu, si bos akan membawa kayu tersebut untuk dijual. Hasil dari penjualan itulah yang kemudian dibayarkan gaji operator dan pendorong sesuai kesepakatan. Tuan rumah menerima royalti dari setiap kubikasi.

Disinilah permainan untung ruginya dimulai.

Bagi tuan tanah, menyerahkan kayu mereka dikelola adalah pilihan terbaik agar mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan juga untuk biaya pendidikan anak di kota serta kebutuhan lain-lainnya.

Para bos juga memberi kemudahan, boleh panjar. Karena kebutuhan mendesak, tuan tanah akan "ambil dulu" nanti ganti dengan kayu. Praktik ini sangat masif.

Dari tahun ke tahun, harga kayu yang disepakati sebelumnya mulai dikoreksi bos pengusaha. Menurun. Dengan dalih "hutan sisa, kayu sisa, jarak jauh dari lokasi penampungan. Tuan tanah tidak bisa menolak, karena ini satu-satunya cara cepat mendapatkan uang.

Permainannya tidak sampai di situ.
Kubikasi juga sering dimanipulasi bos. Memanfaatkan kelemahan tuan tanah dalam membaca, menulis dan berhitung.
Bawa kayu 2 kubik, bilangnya 1 kubik.
Kalaupun tuan tanah bisa membaca menulis dan berhitung, permainan kubikasi tetap bisa berlangsung karena pengetahuan tuan tanah untuk menghitung kubikasi tidak mumpuni.

Ok.. permainannya cukup itu saja dulu.

Setelah sekian tahun masyarakat mulai menyadari dampak terhadap lingkungan mereka hidup. Burung cenderawasih yang makin jarang terlihat karena tempatnnya bertengger sudah tidak ada, rusa dan babi yang makin sulit didapat, dan lain sebagainya.

Tapi mirisnya.. meski telah menyadari ada permainan kubikasi, permainan harga kayu yang makin turun, menyadari ada dampak lingkungan, apakah masyarakat memilih untuk berhenti menyerahkan kayu mereka?
Tidak. Mereka tidak melakukannya.

Pertanyaannya.. "kenapa"? Kenapa mereka tidak bisa menghentikannya?
Jawabannya adalah "satu-satunya sumber yang menghasilkan uang". Selama bertahun-tahun tuan tanah merima royalti atas kepemilikan hutan adat, termanjakan olehnya.

Sekarang...
Kita ada di tengah-tengah kemelut ini.
Apa yang bisa kita lakukan?

(Bersambung...)

#saveRajaAmpat
#savehutanPapua