Kami sudah sekolah. Kami tahu dan mengerti dan sadar bahwa bangsa kolonial modern Indonesia menduduki dan menjajah kami sejak 19 Desember 1961 dengan ilegal sampai sekarang."
"TULISAN ini, saya abadikan dengan bolpen tulang belulang, tintanya air mata dan darah serta penderitaan bangsaku, orang asli Papua di atas TANAH leluhur kami."
"Seluruh penderitaan orang asli Papua sejak 19 Desember 1961 dan 1 Mei 1963 sampai sekarang yang ditulis dengan tinta akan terhapus, tapi saya menulis penderitaan bangsaku ini semua dengan bolpen tulang belulang, tinta air mata dan darah di atas TANAH ini."
Dalam hal ini, kalau saya tidak menjadi bolpen untuk menulis penderitaan bangsaku, saya cukup menjadi alas penghapus di tangan TUHAN untuk menghapus tetesan air mata di pipi mereka dan darah dari tubuh mereka.
Kita memperjuangkan martabat (dignity) rakyat dan bangsa West Papua tidak dengan cara-cara mengemis dan tunduk-tunduk kepada penguasa kolonial modern Indonesia, karena sejak dulu, rakyat dan bangsa West Papua sebagai bangsa berdaulat dan terhormat di atas tanah leluhur.
Dalam buku saya berjudul: West Papua: Persoalan Internasional (Yoman: 2011), saya abadikan keyakinan iman dan pandangan politik saya sebagai berikut:
"SAYA TAHU, saya mengerti dan juga saya sadar apa yang saya baktikan ini. Karena itu, Anda yakin atau tidak yakin, Anda percaya atau tidak percaya, Anda suka atau tidak suka, Anda senang atau tidak senang, Anda terima atau tidak terima, CEPAt atau LAMBAT, penduduk asli Papua Barat ini akan memperoleh kemerdekaan dan berdiri sendiri sebagai sebuah bangsa dan negara berdaulat di atas TANAH LELUHUR mereka. Dalam keyakinan dan spirit itu, apapun resikonya dan pendapat orang, saya dengan keyakinan yang kokoh dan keteguhan hati nurani, saya mengabdikan ilmu saya untuk menulis buku-buku sejarah peradaban dan setiap kejadian di atas TANAH ini. Supaya anak-cucu dari bangsa ini, ke depan, akan belajar bahwa bangsa ini mempunyai pengalaman sejarah penjajahan dan penderitaan panjang yang pahit dan amat buruk yang memilukan hati yang dilakukan dari penguasa kolonial modern Indonesia." (Kamis, 09 Juni 2011).