Articles by "Kolonialisme"
Showing posts with label Kolonialisme. Show all posts
Melalui gambar Rencana Jalan Lintas Trans Papua dibawah sudah dapat menunjukan koneksi antara keenam Propinsi diatas Tanah Air Papua baik :

- Propinsi Papua
- Propinsi Papua Barat
- Propinsi Papua Barat Daya
- Propinsi Papua Selatan
- Propinsi Papua Pegunungan dan
- Propinsi Papua Tengah

Selain itu juga sudah dapat menunjukan letak keberadaan Sumber Daya Alam yang direncanakan atau sudah dilalukan Eksploitasi dengan Kota Pelabuhan yang akan menjadi tempat penangkutan menuju Pulau Industri (Jawa). 

Apabila dikontekstualkan antara keenam Propinsi Papua dengan SDA Papua maka akan terlihat sebagai berikut :

Propinsi Papua
- Kayu
- Batu Bara
- Nikel
- Sawit PT. Tanda Sawita di Kerom, PT. Rimba Matoa Lestari di Jayapura
- Ikan di Teluk Cenderawasi
- Peluncuran Satelit di Biak 

Propinsi Papua Barat
- Kayu
- Minyak dan Gas di Bintuni
- Blok Bobara di Kaimana
- Sawit

Propinsi Barat Daya
- Kawasan Ekonomi Khusus (Smelter Nikel, Pelabuhan dll)
- Minyak PT. Pertamina

Propinsi Papua Selatan 
- Ikan di Laut Arafuru hingga perbatasan PNG
- Sawit di Merauke dan Boven Digoel serta Mappi 
- Migas di Asmat
- Migas di Boven Digoel

Propinsi Papua Pengunungan 
- Blok Soba di Yahokimo
- Blok Deberai di Yalimo
- Migas di Taman Lorens
- Tambang di Pegunungan Bintang 

Propinsi Papua Tengah
- Blok Wabu di Intan Jaya
1. Prolog

Pemerintah Amerika Serikat sangat berperan untuk menyerahkan Papua Barat ke dalam Republik Indonesia. Pada tanggal 01 Mei 1963 Papua Barat siderahkan ke dalam pangkuan RI oleh PBB melalui UNTEA. Kedaulatan penuh kepada Indonesia akan diberikan tahun 1969 kalau pelaksanaan AFC dimenangkan oleh Indonesia. 

Kekuasaan Indonesia dalam kurun waktu 6 tahun (01 Mei 1963-02 Agustus 1969) bukanlah bersifat Transfer of Indonesia Authority (Peralihan Kekuasaan Indonesia) melainkan Transfer of Indonesian Administration (Peralihan Administrasi kepada Indonesia). Maka penyerahan tersebut adalah penyerahan di bawah administrasi (Perwalian) Indonesia, bukanlah penyerahan kekuasaan dan kedaulatan. 

Namun demikian dari pihak pemerintah Indonesia telah menafsirkan sebagai penyerahan kekuasaan dan kedaulatan penuh atas Papua Barat sehingga selama 6 tahun itu bertindak tidak sesuai dengan amanat Perjanjian New York 1962 pada pasal 14-21; tetapi sangat sibuk sekali untuk memenangkan PEPERA 1969 dengan melakukan berbagai terror, intimidasi, penangkapan, kekerasan, pembunuhan dan berbagai manipulasi sosial politik terhadap masyarakat Papua yang mempertahankan kemerdekaannya atau tidak mau bergabung dengan Indonesia. Karena itu pelaksanaan PEPERA tidak hanya cacat hukum tetapi juga cacat moral.  

Kemenangan PEPERA 1969 adalah hasil rekayasa politik oleh militer Indonesia, terutama melalui OPSUS (Operasi Khusus) yang diketuai oleh Ali Murtopo. Dalam pelaksanaan Opsus tersebut dilakukan sejumlah operasi militer, yakni Operasi Sadar, Bharatayudha, Wibawa dan Pemungkas. Akibat dari operasi-operasi itu telah terjadi pelanggaran HAM yang luar biasa besar, yakni penangkapan, penahanan, pembunuhan, manipulasi hak berpolitik rakyat, pelecehan seksual, dan pelecehan kebudayaan. Sejumlah kejadian penting dalam kurun waktu 6 tahun tersebut ditelusuri dalam uraian kronologis di bawah ini. 

Bersambung...

Repost: RB. UNIKAB

Majalah-west-papuaApril 12, 2021

Oleh: Kris Dogopia (Russel Black)

Peristiwa Kematian Sekjen PBB di Kongo ada hubungan dengan masalah Kemerdekaan vs Emas Papua. Allen Dulles vs Hammarskjรฒld, Dulles Vs Presiden Kennedy hinga Dulles vs Sukarno.

Pada pertemuan Econimic Club di New York tanggal 8 Maret 1961, *Hammarskjรฒld* menguraikan bagaimana negara-negara yang baru Merdeka termasuk dalam golongan khusus yang akan memperoleh manfaat dari Dana Khusus PBB yang dirancangnya. Sekjen PBB menjelaskan bahwa ia memberikan perhatian khusus kepada rakyat-rakyat pribumi berhubungan dengan kendala-kendala yang mereka hadapi dalam mewujudkan kedaulatan bernegara.

Ia telah merancang suatu proyek yang dinamakan OPEX yang melibatkan penempatan pejabat PBB pada departemen-departemen di negara-negara yang baru Merdeka dalam jangka waktu 6 tahun. 

Sekjen PBB sudah mulai pelaksanaan program tersebut di Afrika dan pada tahun 1961, ia berencana memasukkan *Papua* sebagai salah satu dari negara-negara yang dimaksud. Dalam program tadi, Bangsa Papua akan diberikan kemerdekaan dengan menyisihkan kedua koloni (Belanda dan Indonesia).

Sekjen PBB, *Dag Hammarskjold* membahas hal ini tidak hanya dengan staf di PBB termasuk staf khususnya *Ivan Smith* tetapi juga bicara dengan Presiden J.F. Kenedy pada tahun 1961. Pada bulan September 1961, Sekjen PBB memiliki rencana akan memberikan Pengumuman di sidang umum PBB tentang RENCANA KEMERDEKAAN  PAPUA.

Sebelum rencana ini diumumkan, Sekjen PBB berangkat ke Kongo untuk menjadi perantara konflik yang memecah belah Provinsi Katanga. Namun ia tidak pernah kembali karena dibunuh dengan cara diledakannya pesawat yang digunakannya. 

Sebelumnya cara pendekatan Sekjen PBB dikecam oleh Indonesia, 'Belanda' dan pihak 'lain'. Tetapi Sekjen PBB tidak pernah gentar untuk menerapkan program OPEX bagi bangsa Papua dan ini diulas oleh *Allen Dulles* sebagai ancaman serius terhadap pelaksanaan siasat Dulles untuk Indonesianya.

Dalam bukunya Paul *Greg Paulgrain* "Bayang-Bayang Intervensi: Perang siasat John F. Kennedy dan Allen Dulles atas Sukarno, terjemahan Indonesia, mengungkapkan _Kematian Hammarskjรฒld, penembakan Presiden Kenedy dan runtuhnya Soekarno diduga dilakukan oleh aktor yang sama, Allen Dulles._ 

Kepentingan Dulles dalam seluruh proses ini adalah untuk kepentingan Ekonomi: *Emas Freeport di Gunung Nemangkawi West Papua.* Allen Dulles memakai CIA dan politik Luar Negeri AS saat itu untuk kepentingan Indonesianya, demi dan untuk Emas Papua. Allen Dulles dan CIA dalam konteks ini adalah operator dan eksekutor dari kepentingan kelompok Kapitalis kelas kakap 'Dunia' *Rockefeller*.

Setelah Sekjen PBB dibunuh di Kongo, Allen Dulles melalui Presiden Kenndy dan dikerjakan oleh Dubes Elsworth Bunker mengajukan proposal baru dalam penyelesaian konflik Papua, yang disebut proposal *Bunker* . 

Proposal Bunker dibahas dan disetujui oleh Indonesia, Belanda, AS dan PBB menjadi Perjanjian New York Agreement dan ditandantani pada 15 Agustus 1962.

Sejak proses pembahasan sampai dengan penandatanganan perjanjian itu, tidak dilibatkan satupun orang Papua. Rencana Pengumuman Kemerdekaan Papua pada Sidang umum PBB oleh Sekjen PBB pada September 1961 dan Kemerdekaan 1 Desember 1961 diakhiri sebagai konsekwensi dari pelaksanaan perjanjian New York. 

Kemudian PBB secara formalitas mengambil alih kekuasaan atas West Papua tanggal 1 Oktober 1962 dan menyerahkannya kepada penjajah baru, Indonesia pada 1 Mei 1963.

Buku Greg Poulgrain telah membuka tabir misteri atas kematian 3 tokoh dunia, Sekjen PBB Hammarskjรฒld, Presiden J.F. Kennedy dan tumbangkangnya Presiden Soekarno.

Setelah kematian 3 tokoh dunia, Papua masih mengalami Duka Nestapa, Kolonialisme, Kapitalisme dan militerisme Indonesia masih menancapkan kuku penghisapannya di Negeri orang Melanesia, West Papua. 

Rencana pemaksaan pelaksanaan Otonomi Khusus Jilid 2, Pemekaran Provinsi adalah proyek Presiden Joko Widodo dan para kabinetnnya dalam menyukseskan proyek politik Rasisme yang sistemik memusnahkan orang Melanesia di West Papua. 

Hanya orang waras saja yang akan berkata jujur, memaafkan dan mengakui kebenaran Sejarah Bangsa Papua. Semoga saja....waaaaa

Refleksi Teologi Kontekstual 

Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman

Ada dua bangsa asing yang menghancurkan dan memutuskan hubungan harmonis antara generasi Orang Asli Papua dengan leluhur kami, yaitu: Misionaris Asiang dan Penguasa Kolonial Modern Indonesia. 

1. Misionaris Asing/Gereja 

Penduduk Orang Asli Papua hidup tanpa pijakan atau sandaran hidup. Karena para misionaris asing, gereja dan penguasa kolonial Indonesia datang memutuskan dan menghancurkan hubungan kehidupan harmonis antara leluhur dengan generasi penerus Penduduk Orang Asli Papua. OAP dipindahkan ke alam berpikir orang lain, sejarah orang lain, budaya orang lain, bahasa orang lain, ideologi orang lain, nasionalisme orang lain, dan kami dicabut dari seluruh akar kebudayaan kami. 

Misionaris asing atau gereja membawa Kekristenan mereka, Alkitab dan Salib dan mengatakan kepada Orang Asli Papua bahwa semua yang kami miliki itu jahat, itu dosa, itu kafir, itu tidak kudus, itu berhala, itu tidak diterima oleh TUHAN dan itu melawan Allah, itu semua dari Iblis. 

Misionaris asing atau gereja mengajarkan bahwa leluhur Orang Asli Papua itu tidak mengenal Tuhan, hidup dengan Iblis, tidak tahu kebenaran, tidak kenal kedamaian, tidak ada keadilan, dan selalu hidup bermusuhan. Leluhur Orang Asli Papua dikafirkan, dan direndahkan martabat kemanusiaan mereka, dilabelkan penyembah berhala.  

Misionaris asing dan Tuhan yang mereka percaya dikurung dalam gedung ibadah, dengan mata tertutup dan kepala tertunduk, di suruh melihat Allah ada di langit dan Allah dibuat ada jauh dan dipisahkan manusia dengan Allah. Atau Allah diisolasi dalam dimensi ruang dan waktu. Kekuasaan Allah dibuat terbatas dan dibuat jurang besar atau keterpisahan Allah dengan leluhur Orang Asli Papua. 

Dengan pandangan dan keyakinan seperti ini, Orang Asli Papua dibuat hidup tanpa relasi dengan leluhur dan dilumpuhkan dan dibuat hidup tanpa kekuatan dan pijakan. Kita tempatkan seperti air di atas "daun talas" yang tidak ada pegangan. 

Kalau luluhur hidup tanpa Tuhan, orang kafir, tidak mengenal kebenaran, tidak tahu kedamaian, berarti kita tidak ada kehidupan sekarang ini, karena leluhur kami hidup saling membunuh dan tentu tidak ada generasi sekarang. 

Tapi, ada fakta bahwa kita ada hari ini karena ada leluhur dan orang tua kita yang hebat dan hidup sebagai bangsa berperadaban tinggi dan bermartabat. Dan juga leluhur kita mengenal Tuhan sesuai dengan keyakinan mereka dan mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan cara mereka. Leluhur kita hidup bersama Allah yang memelihara dan menjaga mereka. Leluhur bersahabat dengan Allah dalam hidup mereka. Allah yang sama hidup bersama kami. Leluhur kami ada kehidupan dan mereka mempunyai segala-galanya. 

Saya pinjam tulisan didinding FB saya untuk memperkuat tulisan ini sebagai contoh kehidupan leluhur bangsa Papua dari MAMBRI (SUKU BIAK). 

"Mambri (suku Biak) adalah gelar buat para leluhur dari Biak Papua. Belanda menyebut Mambri (suku biak) sbagai Papoesche Zeerovers. Artinya Bajak laut papua.

Jika Berbicara Mambri (suku Biak) dizamannya, Mambri Suku biak dari Papua ini pernah jadi penguasa lautan juga daratan yang paling ditakuti oleh Bangsa asing. Mereka (bangsa asing) menyamakan Keperkasaan Mambri (suku Biak) dengan suku Viking Eropa. 

Mambri (Suku Biak) telah diakui bangsa asing yang pernah datang ke tanah air Papua seperti Belanda, Jepang, dll...!! Karena Mambri mempunyai nyali dan keberanian yang sangat besar sebagai Papoesche Zeerovers ( PARA BAJAK LAUT PAPUA) saat itu. 

Bahkan dalam sejarah, Mambri (suku biak) dari Papua tidak pernah tunduk, patuh dan takut pada kekuasaan manapun. Hal ini yang kemudian membuat Mambri (suku Biak) dikenal sbagai Vikingnya Papua. Sama persis dngan Viking Eropa. 

Dizamannya Mambri (suku biak), tidak ada satupun bangsa asing yang masuk ke Papua untuk melakukan penjajahan, pembunuhan, perampokan ekonomi dan exploitasi Sumber daya alam dipapua. sekalipun mereka dengn kapal-kapal besar membawa senjata canggih. 

Mambri (Suku Biak) sebagai Papoesche Zeerovers, tidak hanya melakukan pembajakan dan perampokan dikapal-kapal besar milik Bangsa asing tapi juga menjaga pintu masuk, Tanah air Papua. Mambri Tidak kompromi dengan Bangsa asing yang datang dan membawa misi Jahat-colonialism ke Papua. 

Banyak Sejarah hebat dari suku biak yang perlu diketahui anak-anak biak (generasi sekarang). 

"Orang biak, dulu hebat dan paling ditakuti bangsa asing". Memang benar. Tapi jangan pernah jadikan sejarah2 hebat suku biak itu untuk lebih puji suku (terlalu sukuisme) dan cerita sombong ke suku-suku lain dipapua. 

Sejarah hebat leluhur kita orang biak dulu harus jadi motivasi buat generasi sekarang, sadar dan bangkit berjuang bela tanah air Papua dari Bangsa asing (Indonesia) yang menjajah Papua." 

Saya selalu ambil contoh ini. Pastor Frans Lieshout, OFM, kebangsaan Belanda ini mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Penduduk Orang Asli Papua sebagai berikut. 

"Saya masih mengingat masyarakat Balim seperti kami alami waktu pertama datang di daerah ini. Kami diterima dengan baik dan ramah, tetapi mereka tidak memerlukan sesuatu dari kami, karena mereka sudah memiliki segala sesuatu yang mereka butuhkan itu. Mereka nampaknya sehat dan bahagia, ...Kami menjadi kagum waktu melihat bagaimana masyarakat Balim hidup dalam harmoni...dan semangat kebersamaan dan persatuan...saling bersalaman dalam acara suka dan duka..." ( Sumber: Kebudayaan Suku Hubula Lembah Balim-Papua, 2019, hal. 85-86). 

Lebih lanjut Pastor menggambarkan kehidupan Pendauduk  Orang Asli Papua dalam buku: "Sejarah Gereja Katolik di Lembah Balim-Papua: Kebudayaan Balim Tanah Subur Bagi Benih Injil" (2009) diakui sebagai dengan tepat, sebagai berikut: 

"Waktu Mr. Lorentz diberikan kehormatan untuk membagikan daging babi itu kepada para anggota rombongannya, ia sendiri mencicipi sedikit terlebihi dahulu dari daging itu; rasanya enak sekali! Tetapi tuan rumah menegur dia, ia harus membagi dulu kepada yang lain dan sesudah itu baru ia boleh makan bagian dia sendiri. (Situasi ini lucu sekali, karena orang-orang yang dianggap primitif memberikan pelajaran tentang sopan santun kepada orang asing itu. Siapakah yang sebenarnya primitif" (2009:4). 

"Anggota ekspedisi sangat menggangumi masyarakat yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tinggi di bidang pertanian. Kebun-kebun dan parit-parit di dalamnya kelihatannya seperti di daerah pertanian di Eropa. Selain itu masyarakat Balim juga sangat cerdas, buktinya jembatan gantung di atas sunggai Balim yang baik dan kuat" (2009:14). 

"Kami melihat sebuah jembatan gantung buatan tangan manusia. Rombongan orang Dayak meragukan kekuatan jembatan itu dan tidak berani memakainya seperti nereka biasanya kurang menghargai orang Papua. Kami menyebrangi kali itu lewat jembatan yang ternyata baik dan kuat. Kami mengagumi karya teknik mereka itu dan kebun-kebun tebu, ubi dan keladi yang sungguh terawat dengan baik. Mereka bukan manusia 'primitif'" Kami tidak membayangkan akan bertemu manusia seperti itu....Masyarakat yang sederhana dan polos ini hidup bersama dalam suasana damai" (2009:8). 

"Hampir seluruh tanah mereka adalah kebun yang dipagari dengan baik. Jalan-jalan setapak dari kampung satu ke kampung yang lain terkesan terawat rapih dan rumah-rumah mereka berkelompok dengan halaman yang bersih dan teratur" (2009:9). 

Dalam keyakinan ini, dalam tulisan saya berjudul: MENGAPA PRESIDEN INDONESIA IR. JOKO WIDODO MELECEHKAN DAN MENGKHIANATI PEMILIK HAK ULAYAT TAMBANG EMAS DI MIMIKA?" menyampaikan sebagai berikut: 

"Eltinus Omaleng bukan saja bupati Mimika, tetapi Omaleng adalah Pemilik Hak Ulayat yang SAH di Tembagapura.  Presiden Ir. Joko Widodo, Toto dan Ridwan Rumasukun adalah sama-sama orang pendatang yang tidak punya hak atas Tanah Mimika, terutama tambang, tapi dengan angkuh dan sombong melakukan penghinaan, pelecehan dan pengkhiatan terhadap Pemilik Hak Ulayat Tanah Namangkawi (Tembagapura)." 

"Ada bahaya besar yang akan dihadapi oleh PT Freeport Indonesia, pada saat ada KESADARAN dan KEBANGKITAN dari Altinus Omaleng, Piet Magal, Yanes Natkime dan seluruh orang orang Amungme Pemilik Hak Ulayat Tanah Namangkawi menyatukan perasaan, pikiran, hati dan air mata serta penderitaan mereka, dan berbicara kepada TANAH,  alm. Tuarek Natkime dan datang kepada leluhur dan meminta kepada leluhur, ular, semut, cetak, nyamuk, cacing, pohon, batu,  rumput dan semua yang ada di TANAH NAMANG KAWi, maka murka, kutuk, malapetaka dan musibah besar di hadapi oleh PT Freeport Indonesia." 

"Anda percaya atau tidak, Anda akui atau tidak, murka dan kutuk  itu  akan terjadi dan disaksikan penguasa Indonesia, rakyat Indonesia,  Penduduk Orang Asli Papua, dan seluruh dunia. KUTUK dan MURKA itu, kita akan saksikan dan kita akan melihatnya besok pagi,  satu hari ke depan, satu minggu ke depan, satu bulan ke depan, satu tahun ke depan tergantung waktu TUHAN dan juga tergantung reaksi para LELUHUR Altinus Omaleng yang selama membisu dan diam melihat perampokan besar-besar yang terjadi di TANAH ini." 

"Kutuk, Murka, Malepetaka, dan Musibah itu akan terjadi karena Pemilik Hak Ulayat TANAH Namangkawi benar-benar dilecehkan, dihina, diinjak-injak, dimutilasi, ditembak mati, disingkirkan, dimiskinkan dan dimusnahkan. Iman saya, MURKA TUHAN itu pasti terjadi. Kita semua tunggu waktu TUHAN." 

2. Penguasa Kolonial Modern Indonesia 

Penguasa kolonial modern Indonesia juga menghancurkan dan memutuskan hubungan harmonis Orang Asli Papua dengan leluhur secara sistematis, terstruktur, terprogram, meluas masif dan kolektif. 

Sejarah palsu, pahlawan asing, lagu asing, bendera asing, undang-undang asing, peraturan-peraturan asing dan semua pelajaran palsu dipaksakan untuk kami tunduk dan menerimnya. Orang Asli Papua dibuat hidup dalam kesadaran dan sejarah palsu. 

Penguasa kolonial modern Indonesia mengatakan, kami orang-orang terbodoh, termiskin, terbelakang, pembuat makar, opm, separatis, kkb, teroris, primitif, dan kanibal. Semua label, stigma dan mitos palsu ini  diproduksi, dirawat dan digunakan oleh penguasa sebagai alat pembenaran untuk penindasan, penjajahan dan pemusnahan Penduduk Orang Asli Papua. 

Jadi, seluruh kepalsuan dan yang asing itu menyingkirkan, menghancurkan dan memutuskan relasi harmonis generasi penerus Penduduk Orang Asli Papua dengan leluhur dan seluruh tatanan nilai beradaban rakyat dan bangsa Papua.  Ini semua kejahatan Negara yang berbasis rasisme, kolonialisme, imperialisme, militerisme dan kapitalisme. 

Akhir dari tulisan ini, saya menutup dengan tulisan di bawah ini. 

"Ingat, hukum TABUR dan TUAI itu akan berlangsung. KARMA itu akan terjadi." (Muhammad Rivai Darus, SH, Jurubicara Gubernur Papua, 11 April 2022). 

Doa dan harapan saya, tulisan ini memberikan pencerahan. Selamat membaca. Tuhan memberkati. 

Ita Wakhu Purom, 6  September 2022 

Penulis: 
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. 
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3  Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
3. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________ 

NO HP/WA: 08124888458