Search This Blog

TRENDING NOW

Upaya Pembunuhan Terhadap Pengacara Senior sekaligus pembela HAM di Papua Yan Warinusi SH terjadi hari ini 17 Juli 2024 di Manokwari Papua.

Penembakan terhadap Yan Warinusi terjadi pada pukul 04 sore saat keluar dari Bank mandiri di sekitar kompleks sanggeng Manokwari.

Beliau ditembak oleh orang tidak dikenal di sekitar Bank mandiri.

Setelah beliau dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis setempat.

Demikian informasi sementara mohon Advokasi.
๐˜ฝ๐™–๐™ฃ๐™ฎ๐™–๐™  ๐™ช๐™ฅ๐™–๐™ฎ๐™– ๐™–๐™ฅ๐™–๐™ง๐™–๐™ฉ ๐™—๐™ž๐™ ๐™ž๐™ฃ, ๐™ช๐™ฃ๐™ฉ๐™ช๐™  ๐™—๐™ช๐™—๐™–๐™ง๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™–๐™ ๐™จ๐™ž ๐™™๐™–๐™ข๐™–๐™ž ๐™™๐™ž ๐˜ฝ๐™ž๐™–๐™ , 2 ๐™…๐™ช๐™ก๐™ž 1998. ๐™Ž๐™–๐™ก๐™–๐™ ๐™จ๐™–๐™ฉ๐™ช๐™ฃ๐™ฎ๐™–, ๐™ฅ๐™–๐™ง๐™– ๐™ฉ๐™ค๐™ ๐™ค๐™ ๐™–๐™œ๐™–๐™ข๐™– ๐™ ๐™š๐™ฉ๐™š๐™ข๐™ช ๐™๐™ž๐™ก๐™š๐™ฅ ๐™ข๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™จ๐™ช๐™ฅ๐™–๐™ฎ๐™– ๐™–๐™ ๐™จ๐™ž ๐™—๐™š๐™ง๐™๐™š๐™ฃ๐™ฉ๐™ž. ๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™ž๐™ ๐™ช๐™ฉ ๐™ž๐™ฃ๐™ž ๐™˜๐™š๐™ง๐™ž๐™ฉ๐™–๐™ฃ๐™ฎ๐™– 
....
Cuaca cerah menghiasi langit biru siang itu, 2 Juli 1998. Desiran angin samudera Pasifik meniup Bintang Kejora yang telah berdiri mantap sejak subuh, berkibar dengan elok. Perhatian seluruh masyarakat tertuju pada Tower Air dekat Puskesmas Biak.

Soeharto yang baru turun dari kursi presiden pada bulan Mei, ikut membawa Rakyat Papua di Biak turun ke jalan, menyampaikan aspirasinya secara terbuka. Gelombang reformasi sedang menggeser rezim Orde Baru di Indonesia. Serangkaian aksi massa pro-kemerdekaan juga muncul di Jayapura, Sorong, Wamena, dan Manokwari antara Juli dan Oktober 1998. 

Tower Air dalam tiga hari menjadi magnet yang menarik tiap orang untuk mendekat. Militer Indonesia bingung mencari cara menghentikan aksi massa. Provokasi, ancaman, dan teror dihamburkan di tengah masyarakat untuk menimbulkan rasa takut agar tidak mendekati tower. 

Namun upaya militer itu tidak banyak berpengaruh. Filep Karma yang mendengar berbagai desas-desus yang menyebar di luar, menyerukan agar massa melingkari Tower untuk melindungi Sampari dan tetap melakukan aksi dengan damai. Teror dan provokasi tidak mampu menggoyangkan massa. 

Provokasi semakin sering dilakukan untuk mengancam massa aksi. Tanggal 5 Juli, ketika situasi mulai memanas, sekitar 10 orang tokoh agama diutus pemerintah menemui Filep untuk bernegosiasi agar demonstrasi dihentikan.

"Anak, berhenti sudah. Kami jamin anak nanti aman." Kata seorang dari mereka yang usianya lebih tua dari Filep.

"Bapa, kamu percaya pejabat-pejabat Indonesia kah? Lihat Soekarno! orang yang paling berjasa bagi rakyat dan negara Indonesia; keluar masuk penjara Belanda untuk kemerdekaan Indonesia saja, di masa tuanya, dikurung, hak-haknya dicabut, diperlakukan semena-mena sampai dia meninggal" ucap Filep. 

"Kalau Soekarno saja diperlakukan begitu, saya ini apa? Punya jasa apa untuk Indonesia? Sehingga kamu-kamu ini mau jamin keselamatan saya?"

Panas Matahari jatuh di kepala para tokoh agama itu, keringat mengucur membasahi wajah mereka yang memikul tekanan. Dahi di kepala mereka mengerut bingung mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. 

"Saya tidak percaya! Daripada saya menyerah, mundur, jadi pengkhianat, lebih baik saya gugur sebagai pahlawan" Tegas Filep Karma, yang selalu rapi dengan pakaian dinasnya itu.

"Kamu tau ka, Ferry Awom¹ di mana sekarang?" tanya Filep sambil mengingat apa yang pernah dialami Ferry Awom.

“Ferry Awom, kami tahu dia punya rumah ada di sini.” para tokoh agama menjawab spontan.

"Maaf bapak, saya tidak tanya dia punya rumah. Saya tanya orangnya. Kalau dia masih hidup di mana? Kalau sudah meninggal, jasadnya di mana?"

Para tokoh agama itu kembali membisu seperti batu karang di pinggir pantai. Mereka tidak tahu. 

“Jasad Ferry Awom saja bapak-bapak tidak tahu. Padahal dia juga dulu dijanjikan keamanan jika meletakkan senjatanya. Terus bagaimana Bapak masih percaya pada janji omong kosong para pejabat Republik Indonesia? Saya tidak percaya kepada mereka, kalau nanti saya aman." lanjut Karma tegas.

"Daripada saya mati konyol seperti Ferry Awom, yang sudah menyerah dengan sopan, namun sampai sekarang kita tidak tahu dimana jejaknya, lebih baik saya tetap bertahan."

"Kalau saya dibunuh di sini, ditembak mati, saya gugur sebagai pahlawan. Jelas rakyat juga menyaksikan bahwa saya ditembak mati dalam keadaan berjuang. Daripada saya menyerah baik-baik, tahu-tahu malam hari diculik tanpa berita dan tidak ada yang tahu ke mana saya.” 

Para hamba itu diam membeku, tidak mampu berkata apa-apa dihadapan Filep, lalu pamit pergi. Hawa sore hari mulai berubah. Filep kembali ke hadapan massa dan mengumumkan, agar massa aksi yang merasa takut dengan ancaman silahkan kembali ke rumah dan berdoa bagi mereka yang akan bertahan dan siap mati.

6 Juli 1998 subuh, bintang timur menyaksikan kota Biak berubah menjadi ladang pembantaian. Hal itu berawal dari seorang sersan polisi masuk ke kalangan massa. Dia dianggap hendak provokasi, lalu dipukul dan beberapa gigi patah. Ini menciptakan bentrok. Militer menjadi buas, memangsa siapapun tanpa memilah massa. Banyak mayat dimuat ke dalam truk dan diduga dibuang ke laut dari dua kapal TNI Angkatan Laut. 

Dalam kasus itu, delapan orang meninggal, tiga orang hilang, empat orang luka berat, 33 orang luka ringan, 150 orang ditangkap dan disiksa, 32 mayat ditemukan mengapung di perairan Biak. Tragedi itu menyebabkan trauma yang berkepanjangan tanpa pertanggungjawaban yang baik oleh negara.
_______
(1) ๐˜๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ณ๐˜บ ๐˜ˆ๐˜ธ๐˜ฐ๐˜ฎ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฆ๐˜น-๐˜—๐˜๐˜’ (๐˜—๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ฆ๐˜ข ๐˜๐˜ณ๐˜ช๐˜ซ๐˜ธ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ช๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด ๐˜’๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ด/๐˜—๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜™๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜—๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ข) ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜–๐˜—๐˜” ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข 28 ๐˜‘๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช 1965 ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜”๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ธ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช. ๐˜๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ๐˜ช ๐˜ต๐˜ช๐˜ฑ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜–๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ช ๐˜—๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฏ 1971. ๐˜๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜‰๐˜ณ๐˜ช๐˜จ๐˜ซ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฃ ๐˜ก๐˜ข๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ญ. ๐˜”๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ด๐˜ช, ๐˜ซ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฅ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ๐˜ต.
Komando Milisi Papua, Kolonel Lenis Kogoya [LeKo], bersama salah satu Komendan Intelijen Milter Indonesia, di Markas Besarnya Jakarta Pusat.

Lenis Kogoya yang kita banggakan bisa seperti ini k?๐Ÿคฃ

Lenis Kogoya, Pembunuh Rakyat Papua.
Beristirahatlah dengan tenang saudaraku , #Melky_Bleskadit. Terima kasih atas komitmen dan dedikasinya terhadap perjuangan bangsa Papua Barat. Meskipun Anda dipenjara karena keyakinan Anda, hal itu tidak menghentikan Anda untuk memperjuangkan kebebasan rakyat Anda. Kami salut dan menghargai kerja keras dan dedikasi Anda. Ya, setiap orang punya caranya masing-masing dalam melakukan sesuatu. Namun, bagi kami yang mengetahui bahwa Anda adalah aset besar perjuangan kami, akan sulit menemukan seseorang yang berdedikasi terhadap perjuangan ini. Kamu telah berhasil menyelesaikan perlombaanmu, saudara. Tenang saja dalam pelukan Tuhan Yang Maha Esa. Jangan lupa sampaikan kepada Tuhan bahwa kita masih berjuang untuk lepas dari penindasan penjajahan Indonesia. 
 Beristirahat dalam damai .

Turut berduka cita ๐Ÿ˜ข๐Ÿ’”

Dari Adik Lewis Prai dan keluarga dan Kaka Mesak Karubaba di kota Melbourne, Australia ๐Ÿ‡ฆ๐Ÿ‡บ
Tembok Raksasa dilaut papua memiliki panjang 110 Km,tinggi 1,860 Meter,tebal 1,700 meter. 
Sungguh peradaban modern hasil karya buatan manusia zaman dahulu. 
Sudah jelas bangsa kita adalah bangsa yg tertua dibumi.

Tapi sayang setelah tembok ini diketahui viral diinterner Google Earth telah menghapusnya dari pemetaan satelit.bahkan beberapa Badan kelautan pun tidak membenarkan penemuan ini. 
Ada apa,kenapa semua ini seperti yang disembunyikan.

Sebenernya kabar ini sudah ada sejak tahun 2011 berhubung banyak yg tidak peduli dan masa bodo akhirnya lenyap kabarnya. 
Indonesia memang hanya 25℅ yg peduli dengan sejarah dan peradaban masa lalu. Buktinya banyak peninggalan2 sejarah dihancurkan dan dibiarkan akhirnya habis dimakan waktu. 
Ingat kita terlahir dari sejarah.
ATLANTIS ADALAH KITA.
Aparat TNI Satgas 303 pimpinan Letkol Inf Slamet Faojan M. Han setelah Memutilasi jasad Mama Tarina Murib di sekitar kali iloway nikime, Tubuh korban Tarina Murib juga dibuang di tempat jalanan Babi. Tubuh mama Tarina Murib digigit, dimakan oleh Babi serta kepala korban didorong kedalam rumput. 
 
Warga mencari Jasad mama Tarina Murib yang hilang selama tiga hari, warga menemukan pada hari sabtu 4 Maret 2023, sore pukul; 16.00 WP Jasad Ibu Tarina Murib ditemukan dalam keadaan telanjang dan kepala korban terpotong. Selain Sebagian Tubuh dimakan oleh babi. warga setelah ketemu jasad membawa kekampung panembut, korban aparat keamanan mendesak, mengintimidasi pendeta agar jasad ibu Tarina Murib diperabukan. Kelurga korban membakar Jasad dibakar di kali Iloway Nikime sabtu (4/3/2023 sore hari.

Mohon advokasi semua pihak. Informasi selanjutnya akan pantau sama_sama ๐Ÿ™๐Ÿ˜ข

-kobalep
Pengikut@s@sorotan
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom menyebut 17 kali kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Papua, namun tak pernah sama sekali bertemu dengan Majelis Rakyat Papua (MRP). Jokowi hanya bertemu dengan kelompok-kelompok yang tidak berseberangan dengan pemerintah pusat, sehingga kunjungan itu tidak menyelesaikan konflik kekerasan di Papua.

Setidaknya 17 kali Presiden ke Papua, namun pertemuannya hanyalah dengan pihak-pihak dalam tanda petik Pro Jakarta dan tidak pernah berdialog dengan pihak-pihak di luar itu, bahkan dengan MRP pun tidak pernah," kata Gomar dalam diskusi publik daring yang digelar Amnesty Internasional Indonesia, Jumat (3/5/2024).

Pemerintah kini justru dianggap memperluas pendekatan militer dengan mengubah nomenklatur istilah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Dia khawatir, pendekatan militer ini akan mengabaikan aspek hukum yang seharusnya dikedepankan dalam peristiwa-peristiwa konflik yang terjadi. "Saya melihat nomenklatur OPM akan ada pendekatan keamanan pada setiap persoalan di Papua, dan itu kekhawatiran terutama akan mengabaikan pendekatan hukum yang musti dilakukkan kepolisian, kekhawatiran paling dalam," tandasnya. Baca juga: TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri Selain itu, pendekatan militer tidak sesuai dengan janji-janji pemerintah pusat baik saat dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ataupun dipimpin Presiden Joko Widodo.

Gomar mengatakan, SBY berkali-kali mengatakan akan menyelesaikan masalah di Papua menggunakan pendekatan dengan hati. Ucapan ini berkali-kali dikatakan SBY. Termasuk dalam hasil pertemuan para pimpinan gereja di Papua pada 2011 silam. Dalam pertemuannya di Cikeas, SBY menyebut masalah bisa selesai dengan cara win-win solution. "Dari SBY sendiri yang mengatakan saat itu "kita hanya bisa menyelesaikan masalah Papua dengan win-win solution, istilah itu dia pakai," Jakarta punya keinginan kesatuan NKRI untuk Papua, teman-teman i Papua ingin merdeka, tapi saya yakin ada win-win solution kata beliau," ucap Gomar.

Sayangnya percakapan ini tidak berlanjut," sambung Gomar. Baca juga: TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya Hal senada juga dikatakan Presiden Joko Widodo. Presiden aktif Republik Indonesia ini mengatakan masalah Papua bisa diselesaikan dengan pendekatan kultural. "Pak Joko Widodo selalu mengatakan pendekatan kultural. Pendekatan kultural lah yang bisa selesaikan masalah Papua, kata beliau," tutur Gomar. Pada 2014, setelah terpilih, Jokowi mengunjungi Papua dan melakukan pertemuan dengan beragam tokoh Papua. Saat itu Gomar ikut dan meminta agar Jokowi tidak memulai pendekatan masalah Papua dari nol, tetapi bisa mengikuti road map yang telah disusun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sekarang menjadi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). "Sayangnya kemudian sepemahaman saya, Pak Jokowi lebih memusat pada pembangunan infrastruktur. Jelas ini sesuatu yang positif kalau dilihat sepintas, tetapi juga tidak bisa menyelesaikan masalah kalau di sisi itu, apalagi kalau

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2024/05/03/13153081/ketum-pgi-17-kali-jokowi-ke-papua-tapi-hanya-bertemu-pihak-pro-jakarta.


Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6