Articles by "Rest in Peace"
Showing posts with label Rest in Peace. Show all posts
We have lost an elder. He was a supporter of the West Papua Liberation Movement, but he always stayed in the background. 

He wanted to be the first Papuan sea captain. When I was a teenager he told me 'I should have a been a sea captain by now, I would have joined the movement to help Free our people. Papua Merdeka!'. But, he got poisoned in Jakarta and was changed forever. 

He lived in exile in the Netherlands and had a lonely life for many years. Me and siblings will never forget his kindness. Many years ago, in difficult times, he and uncle late Henk Padwa bought groceries to help my mother to feed us. Rice, Patatos, Tea, sugar, milk etc. 
With the little money they had. 
Thank you, kasumasa nabor. 

You are now part of our Legion of Freedom fighters. And I am sure that you will help us to cross the roughest ocean.

Today we will say farewell,
We will sing for you.
Araaa.....Marandan bebye.
 
On behalf of Arnold C. Ap family

Oridek Ap
Tidak heran bila Bernard Agapa menjadi kawan Papua pertamaku. 

Bernard memang adalah salah satu kunci Papua di Jakarta. Aktivis Papua yang sedang berkunjung ke Jakarta umumnya akan menghubungi Bernard karena ia sangat bisa diandalkan, bertanggungjawab, rendah hati, ramah, tanpa pamrih, pintar, dan gesit.

Bersama yang lain, kami membangun Papua Itu Kita dan aku tumbuh di isu Papua dari situ. Ia adalah salah satu sumber utama bagaimana aku belajar mendengar langsung dari orang Papua, termasuk untuk tidak mengulangi kesalahan yang sering sengaja maupun tidak sengaja dilakukan oleh aktivis Jakarta dalam menangani isu Papua.

Bernard ada di sampingku, di awal mataku baru terbuka sedikit-sedikit tentang Papua, hingga aku yang sekarang dengan lantang berpendirian bahwa Papua harus bisa menentukan nasib sendiri.

Bernard memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi, tampak dari banyaknya ia bersolidaritas dengan gerakan pro-demokrasi Indonesia. Ia adalah sebuah jembatan kemanusiaan Papua dengan Indonesia. Ia pernah curhat kepadaku ingin kembali ke Papua, namun mengurungkan niatnya karena sadar akan peran besarnya itu di Jakarta.

Tentu akan ada yang tidak sama lagi dengan aktivisme isu Papua di Jakarta tanpa adanya Bernard. Aku belum bisa membayangkan ada yang bisa menggantikan aktivis yang segesit itu.

Dua malam lalu aku mengontak Bernard untuk meminta foto kami dua ketika bersama ke festival musik beberapa tahun yang lalu. Mungkin firasat itu sudah ada.

Begitu muda. 29 tahun. Ia meninggalkan seorang istri dan bayi. Bila berkenan sedikit membantu keluarga yang ditinggalkannya, saya lampirkan jalurnya di foto berikut ini.

Selamat beristirahat, kami akan melanjutkan perjuangan ini, Ber.