๐ฝ๐๐ฃ๐ฎ๐๐ ๐ช๐ฅ๐๐ฎ๐ ๐๐ฅ๐๐ง๐๐ฉ ๐๐๐ ๐๐ฃ, ๐ช๐ฃ๐ฉ๐ช๐ ๐๐ช๐๐๐ง๐ ๐๐ฃ ๐๐ ๐จ๐ ๐๐๐ข๐๐ ๐๐ ๐ฝ๐๐๐ , 2 ๐
๐ช๐ก๐ 1998. ๐๐๐ก๐๐ ๐จ๐๐ฉ๐ช๐ฃ๐ฎ๐, ๐ฅ๐๐ง๐ ๐ฉ๐ค๐ ๐ค๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐ ๐๐ฉ๐๐ข๐ช ๐๐๐ก๐๐ฅ ๐ข๐๐ฃ๐ฉ๐ ๐จ๐ช๐ฅ๐๐ฎ๐ ๐๐ ๐จ๐ ๐๐๐ง๐๐๐ฃ๐ฉ๐. ๐ฝ๐๐ง๐๐ ๐ช๐ฉ ๐๐ฃ๐ ๐๐๐ง๐๐ฉ๐๐ฃ๐ฎ๐
....
Cuaca cerah menghiasi langit biru siang itu, 2 Juli 1998. Desiran angin samudera Pasifik meniup Bintang Kejora yang telah berdiri mantap sejak subuh, berkibar dengan elok. Perhatian seluruh masyarakat tertuju pada Tower Air dekat Puskesmas Biak.
Soeharto yang baru turun dari kursi presiden pada bulan Mei, ikut membawa Rakyat Papua di Biak turun ke jalan, menyampaikan aspirasinya secara terbuka. Gelombang reformasi sedang menggeser rezim Orde Baru di Indonesia. Serangkaian aksi massa pro-kemerdekaan juga muncul di Jayapura, Sorong, Wamena, dan Manokwari antara Juli dan Oktober 1998.
Tower Air dalam tiga hari menjadi magnet yang menarik tiap orang untuk mendekat. Militer Indonesia bingung mencari cara menghentikan aksi massa. Provokasi, ancaman, dan teror dihamburkan di tengah masyarakat untuk menimbulkan rasa takut agar tidak mendekati tower.
Namun upaya militer itu tidak banyak berpengaruh. Filep Karma yang mendengar berbagai desas-desus yang menyebar di luar, menyerukan agar massa melingkari Tower untuk melindungi Sampari dan tetap melakukan aksi dengan damai. Teror dan provokasi tidak mampu menggoyangkan massa.
Provokasi semakin sering dilakukan untuk mengancam massa aksi. Tanggal 5 Juli, ketika situasi mulai memanas, sekitar 10 orang tokoh agama diutus pemerintah menemui Filep untuk bernegosiasi agar demonstrasi dihentikan.
"Anak, berhenti sudah. Kami jamin anak nanti aman." Kata seorang dari mereka yang usianya lebih tua dari Filep.
"Bapa, kamu percaya pejabat-pejabat Indonesia kah? Lihat Soekarno! orang yang paling berjasa bagi rakyat dan negara Indonesia; keluar masuk penjara Belanda untuk kemerdekaan Indonesia saja, di masa tuanya, dikurung, hak-haknya dicabut, diperlakukan semena-mena sampai dia meninggal" ucap Filep.
"Kalau Soekarno saja diperlakukan begitu, saya ini apa? Punya jasa apa untuk Indonesia? Sehingga kamu-kamu ini mau jamin keselamatan saya?"
Panas Matahari jatuh di kepala para tokoh agama itu, keringat mengucur membasahi wajah mereka yang memikul tekanan. Dahi di kepala mereka mengerut bingung mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.
"Saya tidak percaya! Daripada saya menyerah, mundur, jadi pengkhianat, lebih baik saya gugur sebagai pahlawan" Tegas Filep Karma, yang selalu rapi dengan pakaian dinasnya itu.
"Kamu tau ka, Ferry Awom¹ di mana sekarang?" tanya Filep sambil mengingat apa yang pernah dialami Ferry Awom.
“Ferry Awom, kami tahu dia punya rumah ada di sini.” para tokoh agama menjawab spontan.
"Maaf bapak, saya tidak tanya dia punya rumah. Saya tanya orangnya. Kalau dia masih hidup di mana? Kalau sudah meninggal, jasadnya di mana?"
Para tokoh agama itu kembali membisu seperti batu karang di pinggir pantai. Mereka tidak tahu.
“Jasad Ferry Awom saja bapak-bapak tidak tahu. Padahal dia juga dulu dijanjikan keamanan jika meletakkan senjatanya. Terus bagaimana Bapak masih percaya pada janji omong kosong para pejabat Republik Indonesia? Saya tidak percaya kepada mereka, kalau nanti saya aman." lanjut Karma tegas.
"Daripada saya mati konyol seperti Ferry Awom, yang sudah menyerah dengan sopan, namun sampai sekarang kita tidak tahu dimana jejaknya, lebih baik saya tetap bertahan."
"Kalau saya dibunuh di sini, ditembak mati, saya gugur sebagai pahlawan. Jelas rakyat juga menyaksikan bahwa saya ditembak mati dalam keadaan berjuang. Daripada saya menyerah baik-baik, tahu-tahu malam hari diculik tanpa berita dan tidak ada yang tahu ke mana saya.”
Para hamba itu diam membeku, tidak mampu berkata apa-apa dihadapan Filep, lalu pamit pergi. Hawa sore hari mulai berubah. Filep kembali ke hadapan massa dan mengumumkan, agar massa aksi yang merasa takut dengan ancaman silahkan kembali ke rumah dan berdoa bagi mereka yang akan bertahan dan siap mati.
6 Juli 1998 subuh, bintang timur menyaksikan kota Biak berubah menjadi ladang pembantaian. Hal itu berawal dari seorang sersan polisi masuk ke kalangan massa. Dia dianggap hendak provokasi, lalu dipukul dan beberapa gigi patah. Ini menciptakan bentrok. Militer menjadi buas, memangsa siapapun tanpa memilah massa. Banyak mayat dimuat ke dalam truk dan diduga dibuang ke laut dari dua kapal TNI Angkatan Laut.
Dalam kasus itu, delapan orang meninggal, tiga orang hilang, empat orang luka berat, 33 orang luka ringan, 150 orang ditangkap dan disiksa, 32 mayat ditemukan mengapung di perairan Biak. Tragedi itu menyebabkan trauma yang berkepanjangan tanpa pertanggungjawaban yang baik oleh negara.
_______
(1) ๐๐ฆ๐ณ๐ณ๐บ ๐๐ธ๐ฐ๐ฎ ๐ข๐ฅ๐ข๐ญ๐ข๐ฉ ๐ด๐ฆ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฆ๐น-๐๐๐ (๐๐ข๐ฑ๐ฐ๐ฆ๐ข ๐๐ณ๐ช๐ซ๐ธ๐ช๐ญ๐ญ๐ช๐จ๐ฆ๐ณ๐ด ๐๐ฐ๐ณ๐ฑ๐ด/๐๐ข๐ด๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐๐ฆ๐ญ๐ข๐ธ๐ข๐ฏ ๐๐ข๐ฑ๐ถ๐ข) ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ช๐ฎ๐ฑ๐ช๐ฏ ๐ฑ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฐ๐ฏ๐ต๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐๐๐ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ข๐ฎ๐ข 28 ๐๐ถ๐ญ๐ช 1965 ๐ฅ๐ช ๐๐ข๐ฏ๐ฐ๐ฌ๐ธ๐ข๐ณ๐ช. ๐๐ข ๐ฅ๐ช๐ต๐ข๐ฌ๐ญ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ข๐ญ๐ถ๐ช ๐ต๐ช๐ฑ๐ถ ๐ฅ๐ข๐บ๐ข ๐ฅ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ข๐ด๐ช ๐๐ข๐ฎ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ข๐ด ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ๐ฏ 1971. ๐๐ข ๐ฅ๐ช๐ฆ๐ฌ๐ด๐ฆ๐ฌ๐ถ๐ด๐ช ๐ฎ๐ข๐ต๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ต๐ช๐ฌ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฉ๐ข๐ฅ๐ข๐ฑ ๐๐ณ๐ช๐จ๐ซ๐ฆ๐ฏ ๐๐ค๐ถ๐ฃ ๐ก๐ข๐ฆ๐ฏ๐ข๐ญ. ๐๐ฆ๐ฏ๐ถ๐ณ๐ถ๐ต ๐ค๐ฆ๐ณ๐ช๐ต๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฑ๐ข ๐ด๐ข๐ฌ๐ด๐ช, ๐ซ๐ข๐ด๐ข๐ฅ๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ช๐ฃ๐ถ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ฆ ๐ฅ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐ญ๐ข๐ถ๐ต.