Search This Blog

TRENDING NOW

Mambesak merupakan grup musik, dan tari yang merupakan representasi dari semua suku yang ada di Papua. Mambesak tidak berbicara tentang satu kelompok suku, namun mengangkat dan memperkenalkan budaya semua suku secara luas dengan keberagamannya.

Visi Mambesak merekatkan manusia Papua lewat lagu, tari, teater dan sastra sebagai upaya membangun identitas dan rasa persatuan manusia Papua sebagai sebuah bangsa yang besar dan mampu bersaing dengan bangsa lainnya di dunia.

Satu yang tersimpan dalam pesan Mambesak adalah, semangat untuk membangun kebersamaan dan persatuan orang Papua, harus tetap di lakukan tanpa memandang suku. Seperti yang pernah di katakan Arnold C Ap “Semua suku saling mengisi, tidak ada satu budaya yang lebih unggul dari budaya suku lainnya di Papua”.

.

#MusikPapua
#AnanaKakiAbu
#Mayari
#Tafiaro
Louis dan Jules, dua orang kawan lama ini bertemu di Prancis, Jules baru pulang dari perjalanannya ke Chevrette, Mereka dua baku cerita dan rancang perjalanan ke Pasifik.

22 April 1826 dong satu rumbongan berangkat menuju Pacific, 12 August 1827 dong berlabuh di teluk Joutefa, waktu dong lihat gunung Robongholo/Dafonsoro/Dobonsolo dia kasi nama Cycloop karena gunung itu macam dewa Yunani yang de pu mata cuma satu (kisah Cyclop dalam kisah mitologi Yunani). Selain itu dong juga yang kasi nama Teluk Humboldt, sebagai kenangan untuk dong pu teman saintis yang de pu nama Alexander von Humboldt yang berasal dari Jerman.

 Jules de ahli botani, jadi de catat semua tumbuhan yang de lihat, tidak lupa juga de ambil daunnya dan dong simpan.

Louis dan Jules dong tulis 24 buku yang dipublikasi tahun 1841 dan 1854, dalam 24 buku terdapat banyak gambar dan peta. 

Satu dong pu buku ada muat gambar suku Tobati, Arfak, Teluk Dore dan yang menarik ada gambar orang tumbu besi (kamasan).

Barulah tahun 1858 Residen C. B. H. Rosenberg mengunjungi Papua sebagai bagian dari wilayah administrasi pemerintah Belanda yang berkedudukan di Ternate.

Silahkan share dengan menyebutkan nama/link ๐Ÿ˜ƒ

#PenjelajahEropa
#AnanaKakiAbu
#Tafiaro
#Mayari
Suku Dayak Apo Kayan ternyata pernah ikut dalam ekspedisi Nieuwenhuis dan Lorentz di Papua (1909). 

Dalam ekspedisi tersebut, Suku Dayak Apo Kayan membantu menemukan lokasi pertambangan yang sekarang dikenal dengan PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Dulu Pernah Dengar Ceritanya dan ternyata benar adanya...Suku Dayak Apo Kayan kkau sekarang metrka tersebar di Kabupaten Malinau Malinau, Kalimantan Utara dan ada di Hulu sungai Mahakam kampung long kab bulungan.

generasi Dayan Apo kayan yg menjelajahi alama papua itu hampir smua sudah meninggal pada masa kini namun ada cerita yang tertinggal dalam khdpan generasi mereka adalah 

1. Mereka pergi ikut Ekspedisi Lorenz secara bertahap sejak 1938-1923

2 dalam ekspedisi ini banyak yg meninggal diatas kapal dan di hutan Papua

3.mereka yg datang memiliki kemampuan tak jauh seprti khdpan orang asli Papua.

Sumber : Koleksi Tropenmusem, Amsterdam, 1910.

..
#sejarahpapua #tentangyalimo #papua #dayak


Settler Colonialism adalah bentuk khusus dari kolonialisme di mana penjajah datang untuk menetap secara permanen dan menciptakan masyarakat baru dengan menggantikan penduduk asli. Beberapa karakteristik utamanya:


1. Struktur Dasar:
- Para pemukim menduduki wilayah secara permanen
- Bertujuan menggantikan penduduk asli
- Menciptakan masyarakat baru berdasarkan nilai-nilai pemukim

2. Aspek Kunci:
- Perampasan tanah penduduk asli
- Penghapusan budaya lokal
- Pembentukan institusi politik baru
- Pembangunan narasi "tanah kosong" atau terra nullius

3. Dampak:
- Penghancuran struktur sosial asli
- Marginalisasi penduduk pribumi
- Perubahan demografi
- Konflik berkelanjutan terkait tanah dan sumber daya

4. Perbedaan dengan Kolonialisme Eksploitatif:
- Kolonialisme eksploitatif: fokus pada ekstraksi sumber daya
- Kolonialisme permukiman atau settler Colonialism: fokus pada penguasaan tanah dan penggantian populasi.

Jadi Program Transmigrasi Masyarakat Miskin dari Jakarta ke Papua yang dimulai sejak dulu kala hingga kini merupakan salah satu strategi Jakarta untuk menduduki wilayah West Papua secara permanen dan menghancurkan semua keaslian yang ada di tanah West Papua.
#PapuaBukanTanahKosong
#TolakPendudukanJakarta

Oleh : Romario Y 
See less
*Shaloom, salam damai Kristus!*
*Saya menyampaikan pesan penting bagi Generasi Muda di Tanah Papua. Ini adalah situasi yang tengah dihadapi, entah kalian sadar atau tidak, inilah hal-hal itu :*

1. Tanah Papua menjadi prospek sebagai basis militer hingga 2030.
2. Dibeberapa Kabupaten di Tanah Papua memiliki konflik sosial dan identitas yang tidak dapat diselesaikan.
3. Pengungsi OAP sebanyak 67.000 jiwa dari tahun 2018 belum kembali dari hutan belantara.
4. Kampung yang menjadi tempat OAP diisi oleh orang dari luar Papua.
5. Banyak bayi yang dilahirkan di hutan belantara tanpa bantuan media (nifas).
6. Anak-anak usia sekolah yang putus sekolah atau tidak besekolah.
7. Kepunahan OAP ada didepan mata.
8. Tidak ada lapangan kerja bagi OAP, semua isi oleh orang yang berasal dari luar Papua.
9. Ruang demokrasi ditutup dengan rapi oleh penguasa.
10. Investor dari luar Papua masuk dengan paksa dan menginjak martabat masyarakt hukum adat.
11. Tujuh wilayah ada Papua bukanlah tanah kosong.
12. Pemekaran dilakukan di tujuh wilayah adat yang menjadi hak masyarakat adat.
12. Tuduhan rasisme bisa berubah menjadi tuduhan makar yang mengakibatkan OAP menjadi korban hukum bertahun-tahun dibelakang teralis besi.
14. Suara Mahasiswa, Aktifis dan Gereja dibungkam oleh penguasa.
15. Setiap OAP yang memiliki hak memimpin atas Tanah Papua direbut dengan menggunakan uang.

_(Pdt. Dorman Wandikbo)_
Masih Tentang Isu Transmigran di Tanah Air Papua.

Oleh. GASPER TABUNI Analis Sistem dan Aktivis Transformasi Kunume Wene .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kanabaraf (2014), seorang mahasiswa Fakultas Interdisiplin Uksw Salatiga yang berasal dari Kaimana, Papua, telah terungkap sebuah fenomena demografis yang menarik di Distrik Nabire Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan signifikan dalam komposisi demografis keagamaan di wilayah tersebut. Data statistik tahun 2012 menunjukkan distribusi penduduk berdasarkan agama sebagai berikut:

Islam: 7.138 jiwa (59,30%)
Kristen Protestan: 3.808 jiwa (31,64%)
Kristen Katolik: 962 jiwa (7,99%)
Hindu: 105 jiwa (0,87%)
Buddha: 25 jiwa (0,28%)
Total penduduk: 12.038 jiwa

Fenomena ini menarik karena menunjukkan pergeseran demografis yang signifikan, di mana:

Islam menjadi agama mayoritas dengan hampir 60% dari total populasi
Kombinasi penganut Kristen (Protestan dan Katolik) mencapai 39,63%
Agama Hindu dan Buddha menjadi minoritas dengan total kurang dari 2%

Kanabaraf, dalam diskusinya dengan pembimbing, mengungkapkan perspektif unik sebagai orang Papua yang beragama Islam. Meski mengakui adanya perkembangan positif dalam pertumbuhan komunitas Muslim, ia juga menyoroti perubahan historis di tanah Papua yang dulunya dikenal sebagai wilayah dengan mayoritas penganut Kristen.
Fenomena ini tidak terbatas di Nabire Barat saja. Seperti yang disampaikan oleh Dujan Kogoya dan Nonce Wendanack melalui media sosial pada Juli 2015, pola serupa juga terlihat di wilayah lain seperti Wamena, di mana dinamika sosial-ekonomi menunjukkan pergeseran serupa.
Data ini memberikan gambaran tentang transformasi demografis yang sedang berlangsung di Papua, khususnya dalam konteks keberagaman agama. Perubahan ini membawa tantangan sekaligus peluang dalam membangun harmoni sosial di tengah keberagaman yang ada.

Catatan: Tulisan ini disusun berdasarkan data statistik tahun 2012 untuk Distrik Nabire Barat, dengan mempertimbangkan konteks historis dan sosial yang lebih luas di Tanah Air Papua.

@pengikut
@sorotan
#PapuaTransmigran
#Blacklivesmatter
#dewangerejaPapua 
#pastorpribumi
#evangelisPapua
#PapuaDaruratKemanusiaan
#SaveCulture
#SaveBalim
#MataHatiBalim
#Kunumewone
#KunumeWene
#Kurumbiwene
#Wenenu


Ada jalan panjang membentang,

Di bawah kabut lembut pegunungan tinggi.
Langkah-langkahku tertanam dalam tanah merah,
Menuju pulang, ke tanah leluhur yang setia menanti.
Angin membisikkan kisah nenek moyang,
Tentang waktu saat bumi masih utuh dan damai.
Setiap batu dan pohon sagu menyimpan sejarah,
Tentang cinta, perjuangan, dan doa yang tak pernah padam.
Danau memantulkan bayangan masa lalu,
Jejak kaki para leluhur yang menuntun jalanku.
Di sinilah darahku mengalir dari rimba yang rimbun,
Di sinilah jiwa terikat, dengan tanah suci yang tak ternilai.
Aku kembali ke akar yang tak pernah lelah,
Mencari arti hidup yang lebih dari sekadar waktu.
Setiap langkah di jalan ini adalah doa,
Untuk hari esok yang lebih damai di tanah warisan ini.
Di sini aku temukan cinta sejati,
Bukan pada kemewahan, tapi pada kedalaman jiwa.
Tanah leluhur ini memanggilku pulang,
Ke asal, ke akar, di mana semua cerita dimulai.