Search This Blog

TRENDING NOW


Settler Colonialism adalah bentuk khusus dari kolonialisme di mana penjajah datang untuk menetap secara permanen dan menciptakan masyarakat baru dengan menggantikan penduduk asli. Beberapa karakteristik utamanya:


1. Struktur Dasar:
- Para pemukim menduduki wilayah secara permanen
- Bertujuan menggantikan penduduk asli
- Menciptakan masyarakat baru berdasarkan nilai-nilai pemukim

2. Aspek Kunci:
- Perampasan tanah penduduk asli
- Penghapusan budaya lokal
- Pembentukan institusi politik baru
- Pembangunan narasi "tanah kosong" atau terra nullius

3. Dampak:
- Penghancuran struktur sosial asli
- Marginalisasi penduduk pribumi
- Perubahan demografi
- Konflik berkelanjutan terkait tanah dan sumber daya

4. Perbedaan dengan Kolonialisme Eksploitatif:
- Kolonialisme eksploitatif: fokus pada ekstraksi sumber daya
- Kolonialisme permukiman atau settler Colonialism: fokus pada penguasaan tanah dan penggantian populasi.

Jadi Program Transmigrasi Masyarakat Miskin dari Jakarta ke Papua yang dimulai sejak dulu kala hingga kini merupakan salah satu strategi Jakarta untuk menduduki wilayah West Papua secara permanen dan menghancurkan semua keaslian yang ada di tanah West Papua.
#PapuaBukanTanahKosong
#TolakPendudukanJakarta

Oleh : Romario Y 
See less
*Shaloom, salam damai Kristus!*
*Saya menyampaikan pesan penting bagi Generasi Muda di Tanah Papua. Ini adalah situasi yang tengah dihadapi, entah kalian sadar atau tidak, inilah hal-hal itu :*

1. Tanah Papua menjadi prospek sebagai basis militer hingga 2030.
2. Dibeberapa Kabupaten di Tanah Papua memiliki konflik sosial dan identitas yang tidak dapat diselesaikan.
3. Pengungsi OAP sebanyak 67.000 jiwa dari tahun 2018 belum kembali dari hutan belantara.
4. Kampung yang menjadi tempat OAP diisi oleh orang dari luar Papua.
5. Banyak bayi yang dilahirkan di hutan belantara tanpa bantuan media (nifas).
6. Anak-anak usia sekolah yang putus sekolah atau tidak besekolah.
7. Kepunahan OAP ada didepan mata.
8. Tidak ada lapangan kerja bagi OAP, semua isi oleh orang yang berasal dari luar Papua.
9. Ruang demokrasi ditutup dengan rapi oleh penguasa.
10. Investor dari luar Papua masuk dengan paksa dan menginjak martabat masyarakt hukum adat.
11. Tujuh wilayah ada Papua bukanlah tanah kosong.
12. Pemekaran dilakukan di tujuh wilayah adat yang menjadi hak masyarakat adat.
12. Tuduhan rasisme bisa berubah menjadi tuduhan makar yang mengakibatkan OAP menjadi korban hukum bertahun-tahun dibelakang teralis besi.
14. Suara Mahasiswa, Aktifis dan Gereja dibungkam oleh penguasa.
15. Setiap OAP yang memiliki hak memimpin atas Tanah Papua direbut dengan menggunakan uang.

_(Pdt. Dorman Wandikbo)_
Masih Tentang Isu Transmigran di Tanah Air Papua.

Oleh. GASPER TABUNI Analis Sistem dan Aktivis Transformasi Kunume Wene .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kanabaraf (2014), seorang mahasiswa Fakultas Interdisiplin Uksw Salatiga yang berasal dari Kaimana, Papua, telah terungkap sebuah fenomena demografis yang menarik di Distrik Nabire Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan signifikan dalam komposisi demografis keagamaan di wilayah tersebut. Data statistik tahun 2012 menunjukkan distribusi penduduk berdasarkan agama sebagai berikut:

Islam: 7.138 jiwa (59,30%)
Kristen Protestan: 3.808 jiwa (31,64%)
Kristen Katolik: 962 jiwa (7,99%)
Hindu: 105 jiwa (0,87%)
Buddha: 25 jiwa (0,28%)
Total penduduk: 12.038 jiwa

Fenomena ini menarik karena menunjukkan pergeseran demografis yang signifikan, di mana:

Islam menjadi agama mayoritas dengan hampir 60% dari total populasi
Kombinasi penganut Kristen (Protestan dan Katolik) mencapai 39,63%
Agama Hindu dan Buddha menjadi minoritas dengan total kurang dari 2%

Kanabaraf, dalam diskusinya dengan pembimbing, mengungkapkan perspektif unik sebagai orang Papua yang beragama Islam. Meski mengakui adanya perkembangan positif dalam pertumbuhan komunitas Muslim, ia juga menyoroti perubahan historis di tanah Papua yang dulunya dikenal sebagai wilayah dengan mayoritas penganut Kristen.
Fenomena ini tidak terbatas di Nabire Barat saja. Seperti yang disampaikan oleh Dujan Kogoya dan Nonce Wendanack melalui media sosial pada Juli 2015, pola serupa juga terlihat di wilayah lain seperti Wamena, di mana dinamika sosial-ekonomi menunjukkan pergeseran serupa.
Data ini memberikan gambaran tentang transformasi demografis yang sedang berlangsung di Papua, khususnya dalam konteks keberagaman agama. Perubahan ini membawa tantangan sekaligus peluang dalam membangun harmoni sosial di tengah keberagaman yang ada.

Catatan: Tulisan ini disusun berdasarkan data statistik tahun 2012 untuk Distrik Nabire Barat, dengan mempertimbangkan konteks historis dan sosial yang lebih luas di Tanah Air Papua.

@pengikut
@sorotan
#PapuaTransmigran
#Blacklivesmatter
#dewangerejaPapua 
#pastorpribumi
#evangelisPapua
#PapuaDaruratKemanusiaan
#SaveCulture
#SaveBalim
#MataHatiBalim
#Kunumewone
#KunumeWene
#Kurumbiwene
#Wenenu


Ada jalan panjang membentang,

Di bawah kabut lembut pegunungan tinggi.
Langkah-langkahku tertanam dalam tanah merah,
Menuju pulang, ke tanah leluhur yang setia menanti.
Angin membisikkan kisah nenek moyang,
Tentang waktu saat bumi masih utuh dan damai.
Setiap batu dan pohon sagu menyimpan sejarah,
Tentang cinta, perjuangan, dan doa yang tak pernah padam.
Danau memantulkan bayangan masa lalu,
Jejak kaki para leluhur yang menuntun jalanku.
Di sinilah darahku mengalir dari rimba yang rimbun,
Di sinilah jiwa terikat, dengan tanah suci yang tak ternilai.
Aku kembali ke akar yang tak pernah lelah,
Mencari arti hidup yang lebih dari sekadar waktu.
Setiap langkah di jalan ini adalah doa,
Untuk hari esok yang lebih damai di tanah warisan ini.
Di sini aku temukan cinta sejati,
Bukan pada kemewahan, tapi pada kedalaman jiwa.
Tanah leluhur ini memanggilku pulang,
Ke asal, ke akar, di mana semua cerita dimulai.
Papua, pulau yang kaya akan budaya dan sejarah, memiliki sejumlah kerajaan yang pernah berperan penting dalam perkembangan sosial, ekonomi, dan politik di wilayah tersebut. Kerajaan-kerajaan ini mencerminkan kekayaan budaya lokal serta interaksi dengan pedagang dan pengaruh luar, terutama dari wilayah Maluku dan sekitarnya. Berikut adalah beberapa kerajaan yang pernah eksis di Papua:

 1. Kerajaan Salawati

Sejarah dan Lokasi
Kerajaan Salawati terletak di Pulau Salawati, bagian dari kepulauan Raja Ampat. Didirikan pada awal abad ke-14, kerajaan ini mencapai masa kejayaannya pada abad ke-15 hingga awal abad ke-16, menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang penting[2][4]. Pada tahun 1521, Portugis mengambil alih ibu kota Kerajaan Salawati di pulau Waigeo[1].

 Pengaruh
Salawati menjadi titik pertemuan antara pedagang lokal dan asing, terutama dari Maluku. Interaksi ini membawa pengaruh Islam ke wilayah tersebut, yang kemudian memengaruhi budaya dan sistem pemerintahan setempat[3][4].

2. Kerajaan Waigeo

Sejarah dan Lokasi
Kerajaan Waigeo berpusat di Pulau Waigeo, yang juga merupakan bagian dari Raja Ampat. Kerajaan ini dikenal memiliki struktur pemerintahan yang terorganisir dan memainkan peran penting dalam perdagangan maritim[4].

Pengaruh
Waigeo menjadi pusat penyebaran agama Islam di Papua, dengan banyaknya pedagang Muslim yang singgah di pulau ini. Hal ini mengakibatkan perubahan dalam pola kehidupan masyarakat setempat[4].

3. Kerajaan Misool

Sejarah dan Lokasi
Kerajaan Misool terletak di Pulau Misool, dekat dengan Raja Ampat. Kerajaan ini dikenal karena kekayaan sumber daya alamnya serta posisi strategisnya dalam jalur perdagangan[4].

Pengaruh
Misool berinteraksi dengan berbagai budaya melalui perdagangan, yang memperkaya warisan budaya dan tradisi masyarakat setempat[4].

4. Kerajaan Sailolof

Sejarah dan Lokasi
Kerajaan Sailolof berada di Pulau Salawati dan merupakan salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh signifikan di kawasan tersebut[4].

Pengaruh
Sailolof dikenal sebagai pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan, serta menjadi tempat bertemunya berbagai etnis dan budaya[4].

5. Kerajaan Fatagar

Sejarah dan Lokasi
Kerajaan Fatagar merupakan salah satu dari sembilan kesultanan yang ada di Papua. Meskipun informasi tentang kerajaan ini terbatas, Fatagar memainkan peran penting dalam sejarah lokal[4].

Pengaruh
Fatagar berkontribusi pada penyebaran agama Islam dan pengembangan sistem pemerintahan berbasis kesultanan di Papua[4].

Kesimpulan

Kerajaan-kerajaan yang pernah eksis di Papua menunjukkan betapa beragamnya sejarah dan budaya pulau ini. Interaksi dengan pedagang dari luar, terutama dari Maluku, membawa perubahan signifikan dalam struktur sosial, ekonomi, serta penyebaran agama Islam. Memahami sejarah kerajaan-kerajaan ini memberikan wawasan lebih dalam tentang identitas budaya Papua yang kaya dan kompleks.

Citations:
[1] masa kejayaan kerajaan salawati dan masa keruntuha... - Roboguru https://roboguru.ruangguru.com/forum/masa-kejayaan-kerajaan-salawati-dan-masa-keruntuhannya_FRM-NZSNCGCX
[2] Kerajaan Salawati - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Salawati
[3] Kerajaan Salawati - Universitas STEKOM Semarang https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kerajaan_Salawati
[4] 9 Kerajaan Islam di Papua dan Sejarah Penyebarannya https://papua.inews.id/berita/9-kerajaan-islam-di-papua-dan-sejarah-penyebarannya
[5] You may also like https://www.gramedia.com/literasi/kerajaan-islam-di-indonesia-nusantara/
[6] [Tapak Tilas] Menelusuri Sisa Jejak Islam di Papua https://muslimahnews.net/2024/01/14/26369/
[7] Macmud Singgirei Rumagesan, Pahlawan Nasional pertama Papua Barat https://www.antaranews.com/berita/1833748/macmud-singgirei-rumagesan-pahlawan-nasional-pertama-papua-barat
[8] Daftar kerajaan yang pernah ada di Nusantara - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kerajaan_yang_pernah_ada_di_Nusantara
1973 Saat itu, seorang jurnalis asal California, Amerika Serikat menikah dengan kepala suku di Papua Pegunungan.

Wanita yang dimaksud adalah Wyn Sargent, dia datang untuk mencatat keseharian suku Analaga, masyarakat adat pertama yang ditemuinya setelah mendarat di Wamena, Papua pada 1 Oktober 1973.

Untuk mendapatkan laporannya, Wyn berusaha berbaur dengan masyarakat setempat. Bahkan, dia juga menawarkan perawatan kesehatan bagi warga yang sakit. Namun, usahanya ini tak selalu mulus, sebab ada suku yang tidak suka dengan kehadirannya di Papua.

Kepala Suku Dani, Obahorok mengirim 30 orang prajuritnya untuk mencegat rombongan Wyn yang sedang berkeliling kampung. Tindakan sepihak ini membuat marah suku-suku lainnya, hingga hampir menyulut perang antar suku. Namun Wyn tak ingin membiarkan pertumpahan terjadi.

Setelah Wyn maju menengahi konflik, dia berusaha mengetahui keinginan masing–masing kepala suku. Akhirnya bersedia menikahi Obahorok untuk meredakan pertikaian. Pernikahan ini berlangsung pada Januari 1973. Pernikahan yang dilakukannya ini hanya bersifat simbolis, yakni untuk meredakan ketegangan dan menjaga perdamaian di Lembah Baliem. Pernikahan ini tanpa dilandasi cinta maupun hubungan biologis.
Tak lama setelah pernikahan dilakukan, tindakan Wyn mulai menimbulkan polemik, tak hanya di Papua, tapi juga di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, profesinya sebagai antropolog juga menimbulkan dugaan Wyn memanfaatkan pernikahannya hanya untuk kepentingan pribadi dan komersial,

Alhasil, berbagai media nasional kala itu memajang pemberitaan Wyn di halaman depan. Tak mau terus menjadi polemik, pemerintah Indonesia memutuskan mendeportasi Wyn. Setelah menjejakkan kakinya di AS, Wyn lantas menulis buku 'People of the Valley' tentang kebudayaan orang Papua di lembah Baliem.

(Dari berbagai sumber)
Ket: foto๐Ÿ“ท hanya pelengkap 

"ASBTLS"
Vibes Stadion Lukas Enembe 
Terkenal karena kemegahan dan keindahan Viewnya 

Stadion Lukas Enembe, terletak di Jayapura, Papua, adalah salah satu stadion modern dan megah di Indonesia. Berikut adalah beberapa aspek yang menggambarkan keindahan dan pesona stadion ini:

1. Desain Arsitektur yang Mengesankan

Stadion Lukas Enembe memiliki desain yang modern dan futuristik dengan struktur atap yang melengkung dan bentuk yang unik. Arsitektur stadion ini mencerminkan identitas lokal Papua dan mampu menampung ribuan penonton dengan kenyamanan yang memadai.

2. Fasilitas Kelas Dunia

Stadion ini dilengkapi dengan fasilitas mutakhir yang membuatnya cocok untuk berbagai acara olahraga dan hiburan. Dari area tempat duduk yang nyaman, layar besar untuk menampilkan tayangan langsung, hingga ruang ganti pemain yang dilengkapi dengan peralatan terbaru, semuanya dirancang untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pengunjung dan peserta.

3. Pemandangan Alam yang Menakjubkan

Terletak di kawasan yang dikelilingi oleh keindahan alam Papua, stadion ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan dari pegunungan dan hutan di sekitarnya. Ini menciptakan suasana yang menyegarkan dan menambah keindahan acara yang berlangsung di stadion.

4. Kegiatan dan Acara

Selain digunakan untuk pertandingan olahraga seperti sepak bola dan atletik, Stadion Lukas Enembe juga sering menjadi tuan rumah berbagai acara besar, termasuk konser musik dan festival budaya. Keberagaman acara ini menjadikannya pusat kegiatan penting di Papua.

5. Pengalaman Pengunjung

Suasana di stadion saat acara berlangsung sangat hidup dan penuh semangat. Kapasitasnya yang besar memungkinkan ribuan orang berkumpul dan merasakan atmosfer pertandingan atau acara secara langsung. 

Secara keseluruhan, Stadion Lukas Enembe adalah simbol kemajuan infrastruktur di Papua dan merupakan destinasi penting untuk acara olahraga dan hiburan di wilayah tersebut. Keindahan arsitektur dan fasilitasnya yang canggih menjadikannya salah satu stadion terkemuka di Indonesia.

๐Ÿ“ Stadion Lukas Enembe - Jayapura ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

#keindahanalam #jayapura #stadion #info #landscapes

Mau barang2 jadul ada disini ๐Ÿ‘‰๐Ÿป๐Ÿ‘‰๐Ÿปhttps://s.shopee.co.id/2VYeKaYspz

Buku Sejarah Dunia Lengkap ๐Ÿ‘‰๐Ÿป๐Ÿ‘‰๐Ÿปhttps://s.shopee.co.id/7AKU066LbM