Jumlah/Angka Pengaguran Penduduk (OAP) Orang Asli papua di Tanah Papua
 [BPS Papua - BPS Papua Barat/Maret 2024]

- Papua Barat Daya: 102,27 ribu jiwa
- Papua Barat: 110,16 ribu jiwa
- Papua Tengah: 308,48 ribu jiwa
- Provinsi Papua: 152,91 ribu jiwa
- Papua Pegunungan: 365,43 ribu jiwa
- Papua Selatan: 92,20 ribu jiwa

Data keseluruhan seperti ini perlu ditelusuri detailnya. Karena Tanah Papua itu Tidak Miskin (tapi di-curi). Dan Orang Papua juga tidak miskin (hak-nya yg dieksploitasi)

Kalau Orang Papua serta Tanahnya yang DIMISKINKAN NEGARA dan kawan-kawannya itu baru benar.

Strategi Ekonomi Politik di koloni.

@sorotan
@pengikut
Waktu Izaac hindom jadi Gubernur irian jaya, suatu ketika beliau mendapat telepon dari gubernur Jawa Tengah. Ismail mengeluh karena ada beberapa mahasiswa papua (irian. Jaya) kala itu yang berkelahi.

Bapa hindom. Sesudah mendengar keluhan dengan seksama koleganya beliau menjawab.
Mohon maaf pk gubernur belakangan ini saya sangat sibuk sehingga tidak sempat mengurus anak-anak saya itu.

Gubernur Jawa Tengah pak Ismail kemudian menjawab sibuk apa pak Gubernur?

Hindom menjawab, Saya sibuk mengurus anak-anak bapak belasan ribu jumlahnya mereka datang sebagai transmigran, harus di siapkan tanah dan penginapan sementara, makanan, air bersih, sekolah, tenaga perawat

Gubernur Jawa Tengah terdiam?

Hindom menyambung, jadi tolonglah BPK mengurus anak-anak saya seperti saya mengurus anak-anak bpk dengan penuh belas kasih yang pindah ke banyak tempat di irian jay.

Sumber Facebook;
Https://www Facebook.com/share/p/LbScqE1cKNFPCVtN/?mibexid=WC7FNe

 #suarapapua_id
Di tulisan: Made Supriatma

Salah kelamin, salah kostum: Selama sepuluh tahun terakhir, publik Indonesia benar-benar dikenyangkan oleh apa yang oleh Michael Billig disebut sebagai "nasionalisme dangkal" atau banal nationalism. 

Nasionalisme macam begini kerap hadir dalam acara-acara negara. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari istana, kendaraan, bendera, umbul-umbul, bahasa, hingga ke pakaian. 

Semua itu menyimbolkan negara. Kehidupan sehari-hari diingat-ingatkan bahwa ada negara. Dan negara pun berusaha membentuk identitas. 

Indonesia adalah negara yang sangat majemuk. Sayangnya, seperti sebagian besar penduduk negeri ini, yang sebagian besar menderita buta huruf fungsional (functionally illiterate), para elit negara ini pun sebenarnya tidak tahu persis kebudayaannya sendiri. 

Buta huruf fungsional adalah mereka yang bisa membaca tetapi tidak paham maknanya. Dan, gedibal-gedibal para elit ini pun sami mawon. Mereka tidak mengerti bangsanya sendiri namun merasa berhak menentukan bahwa ini identitas suku A, ini identitas suku B, suku C, dan seterusnya ... seraya mengklaim bahwa inilah Indonesia! 

Yang menyedihkan dari semua ini adalah keberagaman ini kemudian dirampas menjadi kesatuan. Anda mungkin tidak peduli dengan konsekuensinya. 

Sangat serius. Sungguh sangat serius. Pakaian-pakaian adat diseremonikan, namun masyarakat adat pemiliknya dipinggirkan. Tanah-tanah mereka dirampas karena dibawahnya ada mineral. Jika tidak, tanah-tanah mereka dijadikan perkebunan-perkebunan. 

Ribuan alat berat datang ke Merauke untuk mencetak satu juta hektar sawah. Apakah tanah-tanah itu tidak bertuan? Dalam mata negara, itu semua punya negara. Dan, negara pula yang berhak memberikannya kepada siapa saja. 

Sama seperti pakaian adat Papua ini. Pakaiannya dipakai untuk acara resmi kenegaraan. Namun manusianya? Saya kira, dalam nasionalisme dangkal si anak yang memakai pakaian ini, dialah orang Papua. 

Dia bahkan tidak mau susah payah bertanya mencari tahu, apa itu Papua? Apa pakaian yang biasa dikenakan oleh orang Papua? Saya kira, yang dia lihat hanya brosur-brosur turis. 

Dan terjadilah hal yang aneh ini. 

Kita mungkin bisa tertawa sejenak. Namun, perlu juga diingat bahwa puluhan anak-anak muda Papua ditangkap hanya karena ingin mengingat New York Agreement 1962. Jutaan hektar tanah-tanah mereka dirampas, kekayaan alam mereka dikeruk, sementara mereka mati kelaparan dan sakit di atas kekayaan tanah mereka.
*I. Apa kata data BPS tentang kemiskinan di Papua?*

Per Maret 2024 Badan pusat statistik Papua mengungkapkan bahwa Papua Pegunungan (Lapago) menjadi urutan pertama dengan angka 365,43 ribu jiwa yang belum bisa memenuhi kebutuhan ekonomi. Sedangkan urutan kedua adalah Papua Tengah (Mepago) 308,48 ribu jiwa yang belum bisa memenuhi kebutuhan ekonomi. Kemudian urutan ketiga adalah Papua 152,91 (Mamta dan Saireri) ribu jiwa yang belum bisa memenuhi kebutuhan ekonomi. Urutan keempat adalah Papua Barat (Bomberai) dengan angka 110,16 ribu jiwa yang belum bisa memenuhi kebutuhan ekonomi. Kemudian urutan kelima adalah Papua Barat daya (Domberai) dengan angka 102,27 jiwa yang belum bisa memenuhi kebutuhan ekonomi. Dan yang terakhir adalah Papua Selatan (Ha-Anim) dengan angka 92,20 ribu jiwa yang belum bisa memenuhi kebutuhan ekonominya.

Dilansir dari CNBC Indonesia bahwa Berdasarkan data BPS tahun 2023, Papua menduduki peringkat pertama provinsi termiskin. Angka kemiskinan di Bumi Cendrawasih mencapai 26,03%. Posisi kedua diduduki oleh Papua Barat dengan persentase kemiskinan masih di angka 20,49%. Kemiskinan di Papua melesat karena ekonominya yang jatuh. Ekonomi Papua sempat terkontraksi sebesar 2,39% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023 tetapi kemudian tumbuh 3,41% pada kuartal II-2023.

Tingkat pengangguran terbuka di Papua juga melesat menjadi 3,49% per Februari 2023, dari 2,83% per Agustus 2022.

*II. Bagaimana kehidupan Moyang orang Papua?*

Moyang Orang Papua adalah orang-orang gagah perkasa dalam bekerja. Mereka hidup mandiri. Mereka mengatur dan mengatasi persoalan ekonomi sendiri tanpa melibatkan bangsa lain. Mereka mengelola tanah sebagai sumber makanan. Mereka hidup dan bergantung pada alam sebagaimana mestinya mereka harus hidup.

Mereka paham hukum alam. Mereka tidak bisa bahkan tidak pernah melawan hukum alam. Walaupun kehidupan mereka tidak seperti saat ini. Mereka memiliki hukum diplomasi, mereka memiliki hukum dalam Perang (sistem pertahanan), mereka memiliki sistem kesehatan (etnomedisn) sistem pendidikan, sistem ekonomi, ilmu astronomi dan tanda-tanda alam tentang masa dan waktu dan masih banyak lainnya.

Moyang orang Papua takut dan malu terhadap orang lain ketika ia tidak bisa bekerja dan memberi makan keluarganya. Dengan demikian harus kerja keras untuk hidup sebagai orang Papua yang mandiri dan memiliki masa depan. Moyang orang Papua memiliki batasan-batasan dalam segala hal sehingga selalu berbicara hati-hati dan bertindak hati-hati. Tidak sembarang. Mereka tahu diri, tahu Teman, dan tahu tempat dimana harus berbicara dan melakukan.

Setelah tahun 1855 yang merupakan tahun dimana dua misionaris asal Jerman yaitu Ottow dan Geisler mendarat di pulau Mansinam, Manokwari untuk mengabarkan tentang Injil Kristus. Kehidupan orang Papua (pesisir) berubah sesuai perkembangan pemberitaan Injil. Injil telah mengubah beberapa aspek dalam kehidupan termasuk perekonomian. Setelah hampir satu abad, sekitar tahun 1955/1956 Injil tiba di Daerah Pegunungan Papua, Dengan demikian orang Papua di daerah pegunungan mengenal Injil. Dan ini juga telah mengubah sebagian aspek kehidupannya.

Setelah itu orang Papua mengenal budaya pemerintahan melalui pemerintah Belanda dan Indonesia. Budaya pemerintahan telah mengubah hampir 95% kehidupan orang Papua. Dalam budaya pemerintahan, Sistem pendidikan orang Papua diubah, sistem pertahanan dihapus, sistem kesehatan dihilangkan, sistem kepercayaan menjadi kacau dan tidak jelas dan masih banyak lainnya yang penulis tidak uraikan secara terperinci. Namun penulis menyadari bahwa kemiskinan adalah sebagai suatu masalah. 

Budaya pemerintahan telah menciptakan ketergantungan ekonomi kepada negara. Dengan demikian banyak orang Indonesia hari ini menjadi miskin dan mati secara perlahan.

*III. Bagaimana kehidupan orang Papua masa kini dan kemiskinan di tanah Papua?*

Ketergantungan terhadap pemerintah Indonesia tidak hanya terdengar di telinga. Melainkan telah menjadi bagian dari kehidupan orang Papua hari ini. Orang Papua telah menciptakan suatu budaya baru yaitu budaya ketergantungan. Budaya ketergantungan ini adalah budaya tercipta secara terang-terangan, sistematis, terstruktur dan masif di kalangan orang Papua.

Budaya ini tercipta akibat beberapa hal diantaranya adalah: Peran masyarakat diambil alih pemerintah, Waktu produktif diambil alih pemerintah, pemberian bantuan kepada masyarakat dalam bentuk uang dan Bahan Makanan. Termasuk fasilitas umum lainnya.

Pada akhirnya orang Papua tidak mau bekerja keras untuk hidup sebagai manusia yang mandiri. Hal inilah yang menciptakan kemiskinan. 

*IV. Apakah orang Papua miskin?*

Awalnya nenek moyang tidak mengenal kata miskin. Kecuali lapar karena malas. Kata miskin baru di kenal oleh masyarakat Papua melalui Pemerintahan Indonesia dalam Beras Miskin (RasKin) yang sebenarnya sebagai bentuk penghinaan terhadap orang Papua. 

Dengan demikian Orang Papua tidak miskin. Sebab orang Papua adalah pemilik negeri yang sah. Orang Papua adalah pewaris negeri yang sah. Orang Papua adalah pemilik tanah yang sah. 

Lalu bagaimana mungkin orang asing mengatakan orang Papua adalah miskin? Orang Papua akan menjadi miskin apabila telah menjual habis tanahnya. Jika ini terjadi, maka tidak ada lagi pijakan bagi orang Papua. Dengan kata lain bahwa orang Papua menunggu kematian. Tetapi jika orang Papua masih menjadi pemilik tanah yang sah, berarti label yang digunakan dan diberikan pemerintah Indonesia adalah salah dan tidak benar. Yang lebih tepatnya adalah Orang Papua tidak mau bekerja. Atau etos kerja orang Papua telah berubah atau menurun.

*V. Apakah orang Papua dimiskinkan?*

Jawabannya adalah Ya dan Benar. Orang Papua dimiskinkan secara terang-terangan, sistematis, terstruktur dan masif di atas negerinya sendiri.

Bagaimana kita melihat hal ini terjadi? Penulis telah mengamati dan ikut serta dalam kehidupan orang Papua akhir-akhir ini. Triliunan rupiah disodorkan oleh pemerintah Indonesia ke Papua namun tidak menghasilkan apa-apa. Dengan demikian orang Papua dimiskinkan oleh beberapa hal diantaranya adalah:
1. Pemerintah Indonesia menggantikan posisi Papua penyedia bahan makanan. Seolah-olah di Papua tidak ada Tanah.
2. Pemerintah menjadi penyalur bahan Makanan dan minuman secara aktif. Dengan demikian masyarakat menjadi konsumen aktif. Dan tingkat kesadaran produktif mulai tersingkir.
3. Masyarakat menjadi penerima aktif bantuan langsung Tunai tanpa mengerjakan apapun untuk dirinya dan pemerintah. Otonomi khusus, dana Desa, bantuan dana Hibah dan lainnya telah membuat orang Papua tidak bisa berpikir untuk hidup produktif.
4. Masyarakat menjadi penerima hasil produk luar negeri.
5. Dan lainnya.

Selain itu, pemerintah Indonesia berhasil menciptakan penyakit sosial di kalangan masyarakat Papua. Beberapa penyakit sosial yang paling masif, sistematis dan terstruktur adalah perjudian, Minuman keras dan Narkoba serta Pelaku Seks Komersial di Tanah Papua secara ilegal.

Penyakit-penyakit ini sangat menagih. Dengan demikian waktu produktif anak-anak muda di tanah Papua habis di Perjudian, Minuman keras, Narkoba dan lain sebagainya.

*VI. Dengan demikian haruskah orang Papua tetap hidup ketergantungan terhadap pemerintah Indonesia?*

Sekali-kali tidak. Penyakit ini harus diberantas dari akar-akarnya. Ini adalah penjajahan secara terang-terangan, sistematis, terstruktur dan masif. Tidak ada negara yang menginginkan rakyatnya mati di tangan Pemerintahan yang dipimpin.

Akan tetapi Pemerintah Indonesia rupanya telah lama merahasiakan hal ini. Dan kini rahasia itu terbongkar melalui data dan fakta atas situasi dan keadaan orang Papua hari ini.

Oleh sebab itu dua langkah penting yang harus dilakukan adalah: 

Pertama:
Orang Papua harus bisa melawan diri sendiri. Setiap Orang Papua harus bisa memutuskan rantai ketergantungan dalam dirinya. Hal ini mencakup bahan makanan, pakaian dan rumah. Setiap orang Papua bisa melawan budaya ketergantungan jika ia berhasil mengalahkan Musuh dalam dirinya.

Kedua:
Orang Papua harus kembali kepada habitatnya yaitu berkebun dan tokok sagu. Menghidupkan kembali pangan lokal adalah satu-satu cara untuk melawan stigma "miskin" dari pemerintah Indonesia. Tuan rumah tidak dapat berunding dengan maling. Tuan rumah tetap Tuan rumah. Menghidupkan kembali pangan lokal berarti mengatur ulang pola makan dan IQ yang selama di kita gunakan IQ palsu hasil Indomie dan mi instan lainnya.

_Wamena, 13 Agustus 2024._

*Yefta Lengka*
Melalui gambar Rencana Jalan Lintas Trans Papua dibawah sudah dapat menunjukan koneksi antara keenam Propinsi diatas Tanah Air Papua baik :

- Propinsi Papua
- Propinsi Papua Barat
- Propinsi Papua Barat Daya
- Propinsi Papua Selatan
- Propinsi Papua Pegunungan dan
- Propinsi Papua Tengah

Selain itu juga sudah dapat menunjukan letak keberadaan Sumber Daya Alam yang direncanakan atau sudah dilalukan Eksploitasi dengan Kota Pelabuhan yang akan menjadi tempat penangkutan menuju Pulau Industri (Jawa). 

Apabila dikontekstualkan antara keenam Propinsi Papua dengan SDA Papua maka akan terlihat sebagai berikut :

Propinsi Papua
- Kayu
- Batu Bara
- Nikel
- Sawit PT. Tanda Sawita di Kerom, PT. Rimba Matoa Lestari di Jayapura
- Ikan di Teluk Cenderawasi
- Peluncuran Satelit di Biak 

Propinsi Papua Barat
- Kayu
- Minyak dan Gas di Bintuni
- Blok Bobara di Kaimana
- Sawit

Propinsi Barat Daya
- Kawasan Ekonomi Khusus (Smelter Nikel, Pelabuhan dll)
- Minyak PT. Pertamina

Propinsi Papua Selatan 
- Ikan di Laut Arafuru hingga perbatasan PNG
- Sawit di Merauke dan Boven Digoel serta Mappi 
- Migas di Asmat
- Migas di Boven Digoel

Propinsi Papua Pengunungan 
- Blok Soba di Yahokimo
- Blok Deberai di Yalimo
- Migas di Taman Lorens
- Tambang di Pegunungan Bintang 

Propinsi Papua Tengah
- Blok Wabu di Intan Jaya
Upaya Pembunuhan Terhadap Pengacara Senior sekaligus pembela HAM di Papua Yan Warinusi SH terjadi hari ini 17 Juli 2024 di Manokwari Papua.

Penembakan terhadap Yan Warinusi terjadi pada pukul 04 sore saat keluar dari Bank mandiri di sekitar kompleks sanggeng Manokwari.

Beliau ditembak oleh orang tidak dikenal di sekitar Bank mandiri.

Setelah beliau dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis setempat.

Demikian informasi sementara mohon Advokasi.
๐˜ฝ๐™–๐™ฃ๐™ฎ๐™–๐™  ๐™ช๐™ฅ๐™–๐™ฎ๐™– ๐™–๐™ฅ๐™–๐™ง๐™–๐™ฉ ๐™—๐™ž๐™ ๐™ž๐™ฃ, ๐™ช๐™ฃ๐™ฉ๐™ช๐™  ๐™—๐™ช๐™—๐™–๐™ง๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™–๐™ ๐™จ๐™ž ๐™™๐™–๐™ข๐™–๐™ž ๐™™๐™ž ๐˜ฝ๐™ž๐™–๐™ , 2 ๐™…๐™ช๐™ก๐™ž 1998. ๐™Ž๐™–๐™ก๐™–๐™ ๐™จ๐™–๐™ฉ๐™ช๐™ฃ๐™ฎ๐™–, ๐™ฅ๐™–๐™ง๐™– ๐™ฉ๐™ค๐™ ๐™ค๐™ ๐™–๐™œ๐™–๐™ข๐™– ๐™ ๐™š๐™ฉ๐™š๐™ข๐™ช ๐™๐™ž๐™ก๐™š๐™ฅ ๐™ข๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™จ๐™ช๐™ฅ๐™–๐™ฎ๐™– ๐™–๐™ ๐™จ๐™ž ๐™—๐™š๐™ง๐™๐™š๐™ฃ๐™ฉ๐™ž. ๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™ž๐™ ๐™ช๐™ฉ ๐™ž๐™ฃ๐™ž ๐™˜๐™š๐™ง๐™ž๐™ฉ๐™–๐™ฃ๐™ฎ๐™– 
....
Cuaca cerah menghiasi langit biru siang itu, 2 Juli 1998. Desiran angin samudera Pasifik meniup Bintang Kejora yang telah berdiri mantap sejak subuh, berkibar dengan elok. Perhatian seluruh masyarakat tertuju pada Tower Air dekat Puskesmas Biak.

Soeharto yang baru turun dari kursi presiden pada bulan Mei, ikut membawa Rakyat Papua di Biak turun ke jalan, menyampaikan aspirasinya secara terbuka. Gelombang reformasi sedang menggeser rezim Orde Baru di Indonesia. Serangkaian aksi massa pro-kemerdekaan juga muncul di Jayapura, Sorong, Wamena, dan Manokwari antara Juli dan Oktober 1998. 

Tower Air dalam tiga hari menjadi magnet yang menarik tiap orang untuk mendekat. Militer Indonesia bingung mencari cara menghentikan aksi massa. Provokasi, ancaman, dan teror dihamburkan di tengah masyarakat untuk menimbulkan rasa takut agar tidak mendekati tower. 

Namun upaya militer itu tidak banyak berpengaruh. Filep Karma yang mendengar berbagai desas-desus yang menyebar di luar, menyerukan agar massa melingkari Tower untuk melindungi Sampari dan tetap melakukan aksi dengan damai. Teror dan provokasi tidak mampu menggoyangkan massa. 

Provokasi semakin sering dilakukan untuk mengancam massa aksi. Tanggal 5 Juli, ketika situasi mulai memanas, sekitar 10 orang tokoh agama diutus pemerintah menemui Filep untuk bernegosiasi agar demonstrasi dihentikan.

"Anak, berhenti sudah. Kami jamin anak nanti aman." Kata seorang dari mereka yang usianya lebih tua dari Filep.

"Bapa, kamu percaya pejabat-pejabat Indonesia kah? Lihat Soekarno! orang yang paling berjasa bagi rakyat dan negara Indonesia; keluar masuk penjara Belanda untuk kemerdekaan Indonesia saja, di masa tuanya, dikurung, hak-haknya dicabut, diperlakukan semena-mena sampai dia meninggal" ucap Filep. 

"Kalau Soekarno saja diperlakukan begitu, saya ini apa? Punya jasa apa untuk Indonesia? Sehingga kamu-kamu ini mau jamin keselamatan saya?"

Panas Matahari jatuh di kepala para tokoh agama itu, keringat mengucur membasahi wajah mereka yang memikul tekanan. Dahi di kepala mereka mengerut bingung mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. 

"Saya tidak percaya! Daripada saya menyerah, mundur, jadi pengkhianat, lebih baik saya gugur sebagai pahlawan" Tegas Filep Karma, yang selalu rapi dengan pakaian dinasnya itu.

"Kamu tau ka, Ferry Awom¹ di mana sekarang?" tanya Filep sambil mengingat apa yang pernah dialami Ferry Awom.

“Ferry Awom, kami tahu dia punya rumah ada di sini.” para tokoh agama menjawab spontan.

"Maaf bapak, saya tidak tanya dia punya rumah. Saya tanya orangnya. Kalau dia masih hidup di mana? Kalau sudah meninggal, jasadnya di mana?"

Para tokoh agama itu kembali membisu seperti batu karang di pinggir pantai. Mereka tidak tahu. 

“Jasad Ferry Awom saja bapak-bapak tidak tahu. Padahal dia juga dulu dijanjikan keamanan jika meletakkan senjatanya. Terus bagaimana Bapak masih percaya pada janji omong kosong para pejabat Republik Indonesia? Saya tidak percaya kepada mereka, kalau nanti saya aman." lanjut Karma tegas.

"Daripada saya mati konyol seperti Ferry Awom, yang sudah menyerah dengan sopan, namun sampai sekarang kita tidak tahu dimana jejaknya, lebih baik saya tetap bertahan."

"Kalau saya dibunuh di sini, ditembak mati, saya gugur sebagai pahlawan. Jelas rakyat juga menyaksikan bahwa saya ditembak mati dalam keadaan berjuang. Daripada saya menyerah baik-baik, tahu-tahu malam hari diculik tanpa berita dan tidak ada yang tahu ke mana saya.” 

Para hamba itu diam membeku, tidak mampu berkata apa-apa dihadapan Filep, lalu pamit pergi. Hawa sore hari mulai berubah. Filep kembali ke hadapan massa dan mengumumkan, agar massa aksi yang merasa takut dengan ancaman silahkan kembali ke rumah dan berdoa bagi mereka yang akan bertahan dan siap mati.

6 Juli 1998 subuh, bintang timur menyaksikan kota Biak berubah menjadi ladang pembantaian. Hal itu berawal dari seorang sersan polisi masuk ke kalangan massa. Dia dianggap hendak provokasi, lalu dipukul dan beberapa gigi patah. Ini menciptakan bentrok. Militer menjadi buas, memangsa siapapun tanpa memilah massa. Banyak mayat dimuat ke dalam truk dan diduga dibuang ke laut dari dua kapal TNI Angkatan Laut. 

Dalam kasus itu, delapan orang meninggal, tiga orang hilang, empat orang luka berat, 33 orang luka ringan, 150 orang ditangkap dan disiksa, 32 mayat ditemukan mengapung di perairan Biak. Tragedi itu menyebabkan trauma yang berkepanjangan tanpa pertanggungjawaban yang baik oleh negara.
_______
(1) ๐˜๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ณ๐˜บ ๐˜ˆ๐˜ธ๐˜ฐ๐˜ฎ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฆ๐˜น-๐˜—๐˜๐˜’ (๐˜—๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ฆ๐˜ข ๐˜๐˜ณ๐˜ช๐˜ซ๐˜ธ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ช๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด ๐˜’๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ด/๐˜—๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜™๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜—๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ข) ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜–๐˜—๐˜” ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข 28 ๐˜‘๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช 1965 ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜”๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ธ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช. ๐˜๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ๐˜ช ๐˜ต๐˜ช๐˜ฑ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜–๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ช ๐˜—๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฏ 1971. ๐˜๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜‰๐˜ณ๐˜ช๐˜จ๐˜ซ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฃ ๐˜ก๐˜ข๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ญ. ๐˜”๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ด๐˜ช, ๐˜ซ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฅ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ๐˜ต.
Komando Milisi Papua, Kolonel Lenis Kogoya [LeKo], bersama salah satu Komendan Intelijen Milter Indonesia, di Markas Besarnya Jakarta Pusat.

Lenis Kogoya yang kita banggakan bisa seperti ini k?๐Ÿคฃ

Lenis Kogoya, Pembunuh Rakyat Papua.