Articles by "puisi"
Showing posts with label puisi. Show all posts


Ada jalan panjang membentang,

Di bawah kabut lembut pegunungan tinggi.
Langkah-langkahku tertanam dalam tanah merah,
Menuju pulang, ke tanah leluhur yang setia menanti.
Angin membisikkan kisah nenek moyang,
Tentang waktu saat bumi masih utuh dan damai.
Setiap batu dan pohon sagu menyimpan sejarah,
Tentang cinta, perjuangan, dan doa yang tak pernah padam.
Danau memantulkan bayangan masa lalu,
Jejak kaki para leluhur yang menuntun jalanku.
Di sinilah darahku mengalir dari rimba yang rimbun,
Di sinilah jiwa terikat, dengan tanah suci yang tak ternilai.
Aku kembali ke akar yang tak pernah lelah,
Mencari arti hidup yang lebih dari sekadar waktu.
Setiap langkah di jalan ini adalah doa,
Untuk hari esok yang lebih damai di tanah warisan ini.
Di sini aku temukan cinta sejati,
Bukan pada kemewahan, tapi pada kedalaman jiwa.
Tanah leluhur ini memanggilku pulang,
Ke asal, ke akar, di mana semua cerita dimulai.

Suara ini hanya tinggal separuh 
Selebihnya ada pada pilihan hati
Selalu bawa mulut 'tuk menuntut 
Niscaya kebebasan ada menunggu

Riak kaki harus kibas debu jalanan
Tangan tebar usap keringat jalanan
Bibir wajib mengincar angin jalanan 
Disanalah bersemayam kebebasan

Jika denyut nadi kita sama dibadan
Berbicara dalam hati pun serupa 
Saling bergenggam erat jemari 
Melangkah pun seirama dalam juang

Itu pertanda kita sejiwa sayang 
Jodoh yang disatukan kolonial 
Cinta yang diiklarkan penindasan 
Memadu asmara dimedan revolusi

Oh kekasih jiwaku,
Ini adalah surat cinta dalam sajak
Utuh hati kita berkasmaran disana
Hingga buai benih-benih pemberontakan

Hollandia, 11-12-18
Giyai Aleks
Puisi 27.

Kami beli sebatang rorok dikios pendatang.
Dikantor sepapua bendahara orang pendatang
Kepala bank Papua orang pendatang 
Pengendali atmintrasi lembaga Papua orang pendatang 

Dijawa tidak ada orang papua terima kerja perkantoran.
 Sulawesi tidak terima orang Papua kerja bahkan domisili sementarapun sulit jangankan memiliki eKTP.

Ditanah Jawa Sulawesi mereka rasis terhadap orang Papua bukti Agustus tgl 19 -2019 tapi DIPAPUA terima mereka bagai raja dan ratu.

Kepala Telkom Papua orang pendatang 
Kepala Pelni wilayah Papua orang pendatang 
Kepala PLN PDAM Papua orang pendatang 

Karyawan perusahan orang pendatang 
Tempat jual minuman orang pendatang 
Diskotik narkoba narkotika BAR - BAR tempat karoke orang pendetan.
Bupati DPR TNI polri orang pendatang 

Sopir angkut para - para pinang tukan ojek tukan buah tukan bakso sekuriti karyawan semua orang pendatang apa guna kita tercipta DIPAPUA.

Menurut orang Jawa Sulawesi dan Maluku orang Papua bodo tertinggal miskin..?"

#Derita tangisan papua#